Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Sofyan Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penguatan mata uang dollar AS terhadap rupiah bisa memberikan pengaruh terhadap kinerja emiten. Dampaknya bisa negatif bagi emiten yang memiliki ongkos operasional dalam bentuk dollar cukup besar. Sebaliknya, pelemahan rupiah berefek positif, bagi mereka yang menjual dalam bentuk dollar AS dengan ongkos produksi rupiah.
Salah satu emiten yang memiliki ongkos operasional dalam bentuk rupiah dan penjualan dominan dollar AS yakni PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL). Maklum, emiten tekstil ini memiliki pangsa pasar ekspor yang cukup besar. Pasarnya antara lain seperti Asia, Eropa, Amerika Serikat, Amerika Latin, Uni Emirat Arab, Afrika, dan Australia.
Produk penjualan SRIL antara lain seperti benang, kain jadi, pakaian jadi, dan kain mentah. Dari laporan keuangan kuartal III-2017, porsi penjualan ekspor SRIL setara 53,34% dari total penjualan. Sedangkan sisanya sekitar 46,66% merupakan penjualan dalam domestik.
Welly Salam, Sekretaris Perusahaan PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) menyatakan penguatan yang terjadi pada dollar AS, memberikan pengaruh positif, hanya saja tidak signifikan. Pasalnya, hal ini masih dipengaruhi oleh seberapa dalam rupiah melemah dan dollar AS menguat. “Kalau rupiah melemah 10%, maka ada kenaikan margin laba kotor 0,5%,” kata Welly kepada KONTAN, Sabtu (3/3).
Terkait nilai tukar, pada Jumat lalu kurs spot rupiah ditutup pada level Rp 13.757. Rupiah pun melemah 0,65% selama sepekan terakhir. Rupiah juga melemah 0,06% dari penutupan sehari sebelumnya. Pelemahan rupiah beberapa hari terakhir tersebut menyita perhatian pasar.
Dia menyatakan, meskipun momentum saat ini terbilang positif, produksi SRIL masih seiring dengan permintaan yang diterima. Peningkatan produksi masih sesuai dengan yang diminta. “Ini rupiah melemahnya tidak banyak, karena masih dalam range-nya Bank Indonesia,” kata Welly.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News