Reporter: Pulina Nityakanti, Titis Nurdiana, Yuliana Hema | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) dikabarkan akan kedatangan sejumlah perusahaan yang akan menggelar penawaran umum saham perdana alias Initial Public Offering (IPO) dengan emisi jumbo.
Berdasarkan data dari BEI per 15 Agustus 2025, terdapat delapan perusahaan yang ada dalam pipeline pencatatan saham di Bursa di sisa tahun 2025. Kedelapan emiten itu berasal dari sektor basic material, industrial, consumer non cyclical, finansial, teknologi, serta transportasi dan logistik.
Dari delapan perusahaan, empat di antaranya merupakan perusahaan aset skala besar alias di atas Rp 250 miliar akan segera melantai di Bursa. Sejumlah grup konglomerasi dikabarkan bakal membawa anak usahanya melakukan IPO.
Terbaru, anak usaha PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), yang mengelola Proyek Emas Pani di Gorontalo dikabarkan akan menggelar penawaran umum saham perdana.
Baca Juga: Pergerakan Sahamnya Tak Wajar, BEI Awasi Saham OASA, FLMC dan CASH
Berdasarkan penuturan sumber KONTAN, saat ini anak usaha MDKA yang mengelola Proyek Emas Pani sudah mendaftarkan diri ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Saat ini sudah masuk tahap registrasi kedua di OJK," jelas sumber KONTAN belum lama ini.
Jika tidak ada aral melintang, IPO anak usaha MDKA ini bakal dilakukan pada September 2025. Bahkan, IPO ini digadang-gadang menjadi aksi penawaran umum saham perbesar di 2025.
Entitas MDKA ini dikabarkan sudah menunjuk PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk (TRIM) dan PT Indo Premier Sekuritas sebagai underwriter. KONTAN sudah menghubungi kedua sekuritas tersebut.
Manajemen Indo Premier Sekuritas bilang sampai saat ini belum ada informasi terbaru dari tim terkait yang bisa disampaikan. Setali tiga uang, manajemen Trimegah Sekuritas juga enggan untuk memberikan komentar.
KONTAN juga mengkonfirmasi kepada manajemen MDKA. General Manager Communications Merdeka Copper Gold Tom Malik mengatakan saat ini ia belum memiliki informasi mengenai aksi korporasi tersebut.
Proyek Emas Pani masih dikembangkan di Gunung Pani di Pulau Sulawesi untuk menjadi salah satu tambang emas primer terbesar di Indonesia dan Asia Pasifik dan memiliki kandungan lebih dari 7 juta ounces emas.
Fase awal pengembangan Proyek Emas Pani akan menggunakan metode pengolahan heap leach dengan kapasitas 7 juta ton bijih per tahun, dengan target produksi sekitar 140.000 ounces emas per tahun.
Di fase berikutnya, akan dibangun fasilitas carbon-in-leach (CIL) dengan kapasitas awal 7,5 juta ton per tahun dan akan diekspansi menjadi 12 juta ton pada 2030. Gabungan kapasitas heap leachdan CIL akan mencapai 19 juta ton per tahun.
Baca Juga: Ada Rumor Anak Usaha MDKA di Tambang Emas Bakal IPO September 2025, Begini Profilnya
Hingga akhir kuartal II-2025, pengembangan Proyek Emas Pani sudah mencapai 67%. Di mana, pekerjaan rekayasa detail dan pengadaan telah selesai dan kontraktor lokal sedang memasang infrastruktur pemrosesan dan kelistrikan.
Selain itu, ada juga anak usaha PT Harum Energy Tbk (HRUM) dan anak usaha Grup Jhohlin milik Haji Isam juga dikabarkan mau melantai di Bursa.
Beberapa nama lain yang ramai disebut-sebut ialah PT Griya Idola, PT Pertamina Hulu Energi (PHE), PT Pertamina Internasional Shipping (PIS), PT Vidio Dot Com, serta PT Orang Tua Group.
Berdasarkan catatan Kontan, BEI telah mengonfirmasi terkait adanya emiten konglomerasi yang siap gelar hajatan IPO di semester II 2025. Namun, Bursa enggan mengungkapkan secara rinci perusahaan mana saja yang dimaksud.
"Ada (IPO konglomerasi), antara satu atau dua perusahaan," kata Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman secara singkat di gedung BEI, Senin (28/7).
Direktur Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, melihat, IPO dengan dana emisi besar dari perusahaan beraset jumbo akan selalu direspons positif oleh pasar. Alasannya, kinerja fundamental mereka biasanya baik dan diharapkan diikuti pergerakan saham yang likuid.
Selain itu, narasi yang dibangun oleh para calon emiten juga harus kuat. Ini supaya mereka mampu memberikan cerita yang kuat kepada pelaku pasar dan investor tentang masa depan perusahaan tersebut setelah melakukan IPO.
Namun, perlu diperhatikan juga sektor industri perusahaan tersebut, apakah sesuai dengan sentimen global maupun dengan program pemerintah.
“Jika sesuai, hal ini tentu akan memberikan daya tarik yang lebih besar bagi pelaku pasar dan investor untuk bisa masuk dan berinvestasi,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (27/8).
Baca Juga: Proyek Emas Pani Milik Merdeka Copper Gold (MDKA) Bakal Menggelar IPO
Managing Director Research & Digital Production Samuel Sekuritas Indonesia, Harry Su, sepakat bahwa kinerja dari sektor calon emiten akan jadi faktor utama dalam melihat apakah IPO mereka menarik bagi investor atau tidak.
Emiten sektor emas masih akan menarik, sebab harga emas masih berada di level yang tinggi. Sementara, investor mungkin akan lebih konservatif terkait perusahaan sektor nikel, mengingat harga nikel yang masih tertekan di tahun ini.
Community Lead PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Angga Septianus melihat, hal utama yang memengaruhi IPO adalah seberapa besar kepentingan pemegang saham pengendali (PSP) dan juga tujuan penggunaan dana IPO.
“Penggunaan dana IPO akan disampaikan di prospektus, siapapun latar belakang (pemilik) emitennya,” katanya kepada Kontan, Rabu.
Potensi Serapan Dana
Menurut Nico, ekspektasi pasar terhadap aksi korporasi perusahaan yang disebut di atas juga akan tetap tinggi, karena mereka terafiliasi dengan perusahaan besar.
“Sosok di balik perusahaan tersebut juga cukup menentukan, meskipun sektornya sedang kurang menarik,” paparnya.
Serapan dana IPO jumbo di semester II ini juga diproyeksikan masih akan baik. Namun, dengan catatan bahwa sentimen global dan domestik mendukung, baik dari kebijakan fiskal dan moneter yang pro terhadap pasar hingga stabilitas politik.
Selain itu, pemangkasan tingkat suku bunga The Fed juga memberikan ruang yang lebih besar bagi pelaku pasar dan investor asing untuk bisa kembali masuk ke dalam pasar Indonesia.
“Apalagi, Bank Indonesia (BI) juga giat untuk menurunkan tingkat suku bunga yang semakin membuat daya tarik semakin menarik,” katanya.
Aksi korporasi dari grup konglomerasi di pasar saham juga masih akan menjadi daya tarik utama pasar. Investor masih menaruh perhatian untuk ikut aksi korporasi dari perusahaan afiliasi grup konglomerasi.
Nico bilang, IPO emiten konglomerasi akan jauh lebih menarik. Ini lantaran banyak pelaku pasar dan investor kecewa dengan pergerakan saham yang baru melantai.
Oleh sebab itu, pelaku pasar dan investor akan jauh lebih berhati-hati dalam memilih perusahaan untuk diinvestasikan. Sehingga, mereka akan lebih memilih perusahaan yang memiliki fundamental baik, termasuk perusahaan konglomerasi.
“Meskipun tidak bisa menutup mata juga, beberapa saham yang tidak konglomerasi pun cukup baik fundamentalnya,” ujarnya.
Angga bilang, IPO konglomerasi belakangan menarik karena kinerja Grup Barito milik Prajogo Pangestu berhasil membawa saham-saham IPO dengan baik.
Sementara, Harry bilang appetite dari investor masih bergantung terhadap kinerja dan prospek emiten masing-masing. “Termasuk juga nanti dari valuasi yang ditawarkan pada saat IPO serta kondisi industri emiten-emiten terkait,” ungkapnya.
Saran untuk Investor
Di saat euforia pasar bisa meningkat dengan adanya IPO jumbo, investor juga disarankan untuk memerhatikan beberapa hal sebelum menaruh dana mereka di aksi korporasi para calon emiten.
Nico menyarankan investor untuk memerhatikan situasi dan kondisi global dan dalam negeri, memerhatikan kebijakan fiskal dan moneter yang pro terhadap pasar, memilih sektor yang selaras dengan rencana kerja pemerintah.
“Lalu, memerhatikan kinerja fundamental perusahaan, mempelajari afiliasi perusahaan, melihat potensi valuasi di masa yang akan datang, serta narasi yang dibangun para calon emiten,” tuturnya.
Harry melihat, investor harus mencermati prospektus masing-masing calon emiten untuk bisa menganalisa prospek dari masing masing emiten serta valuasi yang ditawarkan pada saat IPO.
Sementara, Angga menyarankan investor untuk mencermati performa grup perusahaan yang akan IPO. “Termasuk track record underwriter dan tujuan penggunaan dana,” paparnya.
Baca Juga: CHEK Bidik Ekspansi Genomik Usai IPO, Targetkan Pendapatan Tumbuh 40%
Selanjutnya: Pertamina Target Kilang Balongan dan Dumai Produksi Avtur Jelantah Semester II-2026
Menarik Dibaca: Film Legenda Kelam Malin Kundang Rilis Teaser Poster dan Teaser Trailer
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News