Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) kedatagan lima emiten anyar pada Rabu (8/9). Lima emiten baru ini meliputi PT Global Sukses Solusi Tbk (RUNS), PT Cemindo Gemilang Tbk (CMNT), PT Kedoya Adyaraya Tbk (RSGK), PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA), PT GTS Internasional Tbk (GTSI).
Kedatangan lima emiten anyar ini menambah total perusahaan baru yang tercatat di bursa efek Indonesia menjadi 37 dari awal tahun 2021.
Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan menuturkan, jika melihat animo penyerapan dana penawaran perdana saham, pelaku pasar cukup antusias dengan perusahaan yang baru tergabung tersebut.
Ia juga bilang, sekarang ini masih banyak juga dijumpai fenomena saham IPO dengan kenaikan harga yang fantastis atau bisa dikategorikan irasional.
“Masih menarik atau tidak untuk harga sahamnya, tinggal dilihat jika kenaikannya sudah ekstrim tentu potensi upside ke depannya tidak akan menarik lagi,” terang Alfred ketika dihubungi Kontan.co.id, Rabu (8/9).
Baca Juga: Raih dana IPO hingga Rp 1,16 triliun, ini rencana Cemindo Gemilang (CMNT)
Alfred mencermati ramainya perusahaan yang melakukan IPO juga menunjukkan antusias pelaku ekonomi terhadap pasar modal Indonesia. Selain dari sisi jumlah, sambungnya, tahun ini tentu menjadi catatan penting bagi IPO bursa karena masuknya Bukalapak dan rencana IPO oleh GoTo .
Menurut Alfred, emiten-emiten tersebut dapat menambah optimisme terhadap peningkatan kualitas pasar modal Indonesia baik dari sisi size dan juga likuiditas.
Per 13 Agustus 2021, emisi IPO sudah mencapai Rp 28,40 triliun dan penawaran umum terbatas mencapai Rp 35,76 triliun. Ia mengatakan, dilihat dari besaran pendanaan yang sudah diberikan pasar baik untuk IPO dan rights issue bisa dikatakan optimisme pelaku pasar modal masih tinggi, tidak hanya pada emiten tapi juga terhadap pemulihan ekonomi.
Dalam fase pemulihan, ia bilang, emiten akan kembali melanjutkan rencana ekspansinya dan memanfaatkan sisa-sisa di waktu terakhir kondisi kebijakan suku bunga rendah dan banjir stimulus.
Dengan demikian, Alfred percaya bahwa pasar modal Indonesia masih sangat menarik.
“Ditambah dengan kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia yang pro growth dan akomodatif dan psotioning ekonomi yang saat ini di fase pemulihan akan memberikan ruang pertumbuhan yang besar bagi emiten-emiten kita, sehingga hal ini akan menjadi daya tariknya,” pungkasnya.
Selanjutnya: Setelah IPO, GTS Internasional (GTSI) bakal bangun FSRU mulai kuartal IV tahun ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News