Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dikejutkan oleh keputusan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk memperketat PSBB pekan depan (14/9), rupiah pada perdagangan Kamis (10/9) melemah. Mengutip Bloomberg, pada perdagangan Kamis (10/9) nilai tukar rupiah tercatat melemah 0,38% ke level Rp 14.855 per dolar Amerika Serikat (AS).
Research & Development ICDX Nikolas Prasetia mengatakan, kabar mengejutkan dari Gubernur DKI Jakarta untuk menarik rem darurat dan akan menerapkan lagi PSBB sontak memberikan kejutan pada pasar finansial di Indonesia Kamis (10/9). Hal tersebut terjadi karena selama ini Jakarta dianggap sebagai poros.
Niko menjelaskan, melihat dalam sepekan terakhir nilai tukar rupiah sudah melemah 0,4% dan sudah hampir 2% sejak awal bulan. Sentimen buruknya ini datang dari pertambahan kasus positif corona yang semakin tinggi dan didorong kekhawatiran masyarakat untuk melepas rupiah.
Pelaku pasar juga terus mempertanyakan kapan kenaikan kasus Covid-19 akan mulai berdampak ke ekonomi Indonesia. Ditambah lagi, ekspektasi IPR (retail sales) oleh Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan kontraksi 10,1% di Agustus 2020.
Baca Juga: PSBB diperketat, rupiah bisa menuju Rp 15.300 per dolar AS tahun ini
"Dengan penerapan PSBB lagi, kelihatan masih bisa berdampak ke rupiah, meskipun penerapannya hanya di Jakarta, tapi kota-kota sekitar juga bisa terdampak dari penerapan PSBB lagi," jelasnya.
Niko mengaku, pengetatan PSBB kali ini bisa jadi sentimen buruk bagi rupiah. Di sisi lain, akan lebih buruk jika pengetatan PSBB tidak diterapkan. "Ini ibarat duri dalam daging karena bisa memperparah kontraksi ekonomi di Indonesia," ujar Niko.
Bahkan Niko mengungkapkan penerapan PSBB lagi akan mudah menggiring rupiah tembus ke zona Rp 15.000 per dolar AS dalam beberapa hari ke depan. Proyeksi tersebut tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Kamis (10/9) yang ditutup merosot 5,01%.
Baca Juga: Loyo, rupiah ditutup melemah 0,38% ke Rp 14.855 per dolar AS pada Kamis (10/9)
Di sisa 2020, Niko menilai pergerakan rupiah bisa stabil di zona Rp 15.000 per dolar AS, dengan ekspektasi vaksin fase ketiga selesai. Selain itu, pasar juga tengah menanti hasil uji coba vaksin merah putih, dan diharapkan bisa berdampak pada turunnya kekhawatiran investor terhadap rupiah.
Adapun dari sentimen eksternal, pergerakan dolar AS dalam beberapa waktu terakhir dinilai Niko cukup aneh. Data kehilangan pekerjaan permanen di AS melonjak. Seharusnya, data itu memberikan sentimen negatif ke dolar AS, tapi faktanya hanya sementara.
Secara umum, Niko menilai bahwa pasar lebih percaya pada pernyataan Gubernur Federal Reserve Jerome Powell terkait modifikasi penilaian sektor tenaga kerja. Selain itu, tampak bahwa pelaku pasar lebih senang tingkat suku bunga acuan masih ditahan.
Selain itu, pelemahan rupiah yang terjadi saat ini masih dianggap berimbang antara sentimen internal dan sentimen eksternal. "Sampai akhir tahun rupiah akan bergerak di kisaran Rp 15.000 per dolar AS, karena perkembangan sentimen Covid-19 dan vaksinnya," ungkap Nico.
Baca Juga: PSBB total kembali diterapkan di Jakarta, berikut saham pilihan Mirae Asset Sekuritas
Dia memperkirakan, penguatan dolar AS yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir masih akan berlanjut hingga pekan depan. Setidaknya sampai hasil rapat Federal Open Market Committe (FOMC) dirilis.
Pelaku pasar memperkirakan bahwa The Fed belum akan mengubah kebijakan suku bunga acuan. Di samping itu, Powell juga memberikan sinyal untuk meyakinkan pasar terkait perubahan metode perhitungan tingkat tenaga kerja dan inflasi. "FOMC ini akan menjadi penentu kelanjutan kenaikan dolar AS untuk jangka pendek," pungkas Nico.
Baca Juga: PSBB lagi, trading halt lagi, investor harus bagaimana?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News