Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Di sisa 2020, Niko menilai pergerakan rupiah bisa stabil di zona Rp 15.000 per dolar AS, dengan ekspektasi vaksin fase ketiga selesai. Selain itu, pasar juga tengah menanti hasil uji coba vaksin merah putih, dan diharapkan bisa berdampak pada turunnya kekhawatiran investor terhadap rupiah.
Adapun dari sentimen eksternal, pergerakan dolar AS dalam beberapa waktu terakhir dinilai Niko cukup aneh. Data kehilangan pekerjaan permanen di AS melonjak. Seharusnya, data itu memberikan sentimen negatif ke dolar AS, tapi faktanya hanya sementara.
Secara umum, Niko menilai bahwa pasar lebih percaya pada pernyataan Gubernur Federal Reserve Jerome Powell terkait modifikasi penilaian sektor tenaga kerja. Selain itu, tampak bahwa pelaku pasar lebih senang tingkat suku bunga acuan masih ditahan.
Selain itu, pelemahan rupiah yang terjadi saat ini masih dianggap berimbang antara sentimen internal dan sentimen eksternal. "Sampai akhir tahun rupiah akan bergerak di kisaran Rp 15.000 per dolar AS, karena perkembangan sentimen Covid-19 dan vaksinnya," ungkap Nico.
Baca Juga: PSBB total kembali diterapkan di Jakarta, berikut saham pilihan Mirae Asset Sekuritas
Dia memperkirakan, penguatan dolar AS yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir masih akan berlanjut hingga pekan depan. Setidaknya sampai hasil rapat Federal Open Market Committe (FOMC) dirilis.
Pelaku pasar memperkirakan bahwa The Fed belum akan mengubah kebijakan suku bunga acuan. Di samping itu, Powell juga memberikan sinyal untuk meyakinkan pasar terkait perubahan metode perhitungan tingkat tenaga kerja dan inflasi. "FOMC ini akan menjadi penentu kelanjutan kenaikan dolar AS untuk jangka pendek," pungkas Nico.
Baca Juga: PSBB lagi, trading halt lagi, investor harus bagaimana?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News