Reporter: Danielisa Putriadita, Tane Hadiyantono | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - Obligasi masih jadi pilihan menarik bagi korporasi untuk mencari pendanaan. Data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) memperlihatkan, penerbitan obligasi korporasi hingga pertengahan September 2017 sudah mencapai Rp 99,92 triliun, naik 44,27% dari periode sama tahun lalu di Rp 69,26 triliun.
Sedangkan penerbitan medium term notes (MTN) mencapai Rp 13,45 triliun hingga akhir Agustus lalu, naik tinggi 110,15% dibanding periode yang sama tahun lalu, yang cuma sebesar Rp 6,4 triliun.
Direktur IBPA Wahyu Trenggono mengatakan, penerbitan obligasi korporasi yang semakin besar menunjukkan perusahaan semakin melirik surat utang sebagai sarana permodalan yang menjanjikan. Apalagi Bank Indonesia tengah merencanakan aturan yang memperbolehkan sektor perbankan membeli obligasi korporasi. Bila beleid ini disetujui, maka prospek obligasi korporasi akan semakin menarik.
Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto menilai momentum untuk menerbitkan obligasi bagi korporasi tahun ini memang bagus, seiring rendahnya yield obligasi pemerintah. Suku bunga acuan Bank Indonesia dan LPS rate juga dipangkas 25 basis poin.
Ini menyebabkan permintaan obligasi meningkat. "Kami perkirakan total penerbitan obligasi korporasi tahun ini bisa mencapai Rp 120 triliun, atau lebih tinggi dari tahun lalu sekitar Rp 114 triliun," kata Handy, kemarin.
Sedang Wahyu memperkirakan, hingga akhir tahun, penerbitan obligasi korporasi bisa mencapai Rp 120 triliun-Rp 140 triliun. Ini merupakan rekor tahunan tertinggi.
Imbal hasil
Obligasi korporasi juga cukup menjanjikan sebagai instrumen investasi. Rata-rata imbal hasil obligasi korporasi sejak awal tahun, sebagaimana ditunjukkan indeks INDOBeX, mencapai 10,74%. Memang, imbal hasil obligasi korporasi masih lebih rendah ketimbang rata-rata imbal hasil obligasi pemerintah, yang mencapai 13,52%.
Wahyu mengatakan, ini terjadi karena likuiditas obligasi korporasi tidak sekencang obligasi pemerintah. "Padahal pasar obligasi korporasi sedang berusaha dipopulerkan, terutama karena pemerintah sedang menggalakkan pembangunan dan public private partnership (PPP)," kata dia.
Wahyu menyebut, skema PPP terutama mulai digalakkan untuk proyek infrastruktur, seperti pembangunan ruas tol yang menggandeng BUMN dan pencarian modal melalui penerbitan surat utang, seperti yang dilakukan PT Jasa Marga Tbk.
Ekspektasi kupon obligasi korporasi akan mengikuti pergerakan surat utang negara (SUN). Pasalnya, obligasi korporasi tidak memiliki benchmark seri fixed rate seperti SUN. Tapi, prospeknya tetap menarik karena harga terus menunjukkan kenaikan.
Menurut data IBPA, rata-rata yield seluruh tenor turun sebanyak 16,36 basis poin dalam sepekan. Penurunan tersebut paling banyak dialami pada obligasi tenor panjang, di mana yield turun sekitar 20,73 basis poin. Sedang yield tenor menengah turun 15,44 basis poin dan tenor pendek turun 13,77 basis poin.
Apalagi, ekonomi Indonesia terus tumbuh. Jadi, obligasi korporasi dapat menjadi sarana diversifikasi instrumen investasi bagi investor. Di sisi lain, emiten penerbit obligasi semakin kuat. Ini terlihat dari peringkat surat utang dan jaminan perusahaan terhadap obligasi tersebut.
Sedangkan bila perusahaan merasa terbebani oleh jangka waktu dan regulasi penerbitan obligasi, opsi penerbitan MTN bisa jadi pilihan. Maklum, penerbitan MTN bisa dilakukan lebih mudah dan cepat, karena penawaran terbatas pada sejumlah investor pilihan. "Saat membutuhkan dana di kisaran Rp 500 miliar, mereka akan mengambil MTN karena secara regulasi lebih mudah," jelas Wahyu.
Yang terbaru, Kimia Farma bakal meluncurkan MTN senilai Rp 400 miliar. PT Benakat Integra juga akan melepas MTN Rp 100 miliar bertenor tiga tahun dan satu tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News