kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Obligasi korporasi diramal lebih prospektif


Kamis, 14 September 2017 / 20:37 WIB
Obligasi korporasi diramal lebih prospektif


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - Prospek obligasi korporasi dinilai menarik, karena kurva yield obligasi korporasi terus bergerak bullish. Hal ini dapat dilihat dari Indeks Return Obligasi Korporasi Indonesia (INDOBeXC) yang naik 10,43% year to date.

Kenaikan tersebut memang terlihat kecil dibandingkan acuan indeks pasar modal lainnya. Misalnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah naik 10,58% dan Index Return Obligasi Pemerintah (INDOBeXG) menguat 13,73% ytd.

Direktur Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Wahyu Trenggono mengatakan, pasar cenderung masih menjauh dari obligasi korporasi, karena melihat likuiditasnya tidak sekencang obligasi pemerintah. "Padahal pasar obligasi korporasi sedang berusaha dipopulerkan, terutama karena pemerintah sedang menggalakan pembangunan dan Public Private Partnership (PPP)," kata Wahyu pada pers, Kamis (14/9).

Skema PPP atau yang kerap juga dikenal sebagai Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) merupakan usaha kerja sama pemerintah dengan pihak swasta. Wahyu mencotohkan, skema ini terutama mulai digalakkan untuk proyek infrastruktur seperti pembangunan ruas tol yang menggandeng BUMN dan pencarian modal melalui penerbitan surat utang seperti yang dilakukan PT Jasa Marga.

Menurut Wahyu, mengingat fundamental ekonomi yang terus memberikan sinyal pertumbuhan, seharusnya seri obligasi korporasi dapat menarik minat investor untuk melakukan diversifikasi investasi.

Dengan sokongan fundamental perusahaan penerbit, maka sebuah obligasi menjadi semakin tenar. Begitupula nilai peringkat surat utang dan jaminan yang diberikan perusahaan terhadap obligasi tersebut. Sedangkan bila perusahaan merasa terbebani oleh jangka waktu dan regulasi yang terlalu ruwet, opsi Medium Term Notes (MTN) bisa jadi pilihan. 

"Saat membutuhkan dana di kisaran Rp 500 miliar, mereka akan mengambil MTN karena secara regulasi lebih mudah, lebih cepat dan dapat menentukan investor di mana saja," jelas Wahyu.

IBPA mencatat, hingga pertengahan September ini, penerbitan obligasi korporasi sudah mencapai Rp 99,92 triliun alias naik 44,26% dari periode sama tahun lalu senilai Rp 69,26 triliun. Sedangkan, untuk MTN tercatat Rp 13,45 triliun, naik 110,15% dibanding tahun lalu.

Semakin besarnya nilai obligasi korporasi menunjukkan perusahaan semakin melirik surat utang sebagai sumber mencari modal yang menjanjikan. Apalagi Bank Indonesia tengah merencanakan merilis aturan memperbolehkan sektor perbankan untuk membeli obligasi korporasi. Bila benar disetujui, maka prospeknya akan makin besar.

Dari sisi kupon, Wahyu mengatakan, obligasi korporasi akan mengikuti pergerakan SUN. Pasalnya, obligasi korporasi tidak memiliki benchmark seri fixed rate yang kerap digunakan untuk tipe surat utang tersebut. Namun, prospeknya tetap menarik karena terus menunjukkan kenaikan.

Berdasarkan data IBPA, rata-rata yield seluruh tenor turun sebanyak 16,36 basis poin dalam sepekan. Penurunan tersebut paling banyak dialami yield tenor panjang yaitu sebesar 20,73 basis poin. Tenor menengah turun 15,44 bps dan tenor pendek turun 13,77 bps.

Secara keseluruhan, Wahyu optimistis pasar obligasi akan terus mendaki. "Hingga akhir tahun obligasi bisa bergulir Rp 120 triliun-Rp 140 triliun, bisa menciptakan new record high," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×