Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerbitan surat utang jangka pendek atau medium term notes (MTN) pada tahun ini dihadapkan pada tantangan kenaikan suku bunga.
Seperti diketahui, katalis yang mendongkrak penerbitan MTN adalah suku bunga rendah, yang menggiring yield obligasi juga rendah. Hal itu menarik emiten untuk merilis MTN dengan cost of fund rendah. Namun, dikhawatirkan pertumbuhan penerbitan MTN tidak terjadi cukup signifikan hingga akhir tahun ini, karena adanya sentimen kenaikan suku bunga global yang akan mempengaruhi pada potensi kenaikan suku bunga Bank Indonesia.
Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Ifan Mohamad Ihsan mengatakan, emiten tidak bisa sangat mengandalkan MTN karena umumya nilai penerbitan MTN relatif kecil, sehingga bagi emiten yang memerlukan dana dalam jumlah besar harus masuk ke pasar obligasi atau sukuk.
"Dengan yield MTN yang lebih tinggi dibanding dengan yield obligasi atau sukuk, pasti menjadi perhatian juga bagi emiten karena akan memberatkan cost of fund, terutama di tengah tren kenaikan suku bunga saat ini," kata Ifan, Rabu (11/4).
Memang, tantangan bagi emiten yang hendak menerbitkan MTN pada tahun ini dihadapkan dengan tren kenaikan suku bunga secara global termasuk Indonesia. Tentunya, kondisi ini dapat memberatkan emiten dari sisi kupon yang akan ditawarkan kelak.
Analis Obligasi BNI Sekuritas, Ariawan mengatakan, potensi kenaikan suku bunga bisa terjadi. Namun, kenaikan suku bunga global dan Indonesia diperkirakan terjadi pada semester II 2018. Menurutnya, dengan adanya potensi kenaikan suku bunga, emiten bisa memanfaatkan pendaan melalui MTN sejak saat ini.
Ariawan memproyeksikan pada kuartal II 2018 jumlah penerbitan MTN bisa lebih tinggi dari kuartal I 2018 yaitu sekitar Rp 10 triliun-Rp 15 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News