kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   6.000   0,39%
  • USD/IDR 16.200   -65,00   -0,40%
  • IDX 7.080   -2,93   -0,04%
  • KOMPAS100 1.048   -3,07   -0,29%
  • LQ45 822   1,36   0,17%
  • ISSI 211   -2,01   -0,94%
  • IDX30 422   2,45   0,58%
  • IDXHIDIV20 505   4,21   0,84%
  • IDX80 120   -0,32   -0,26%
  • IDXV30 123   -1,69   -1,35%
  • IDXQ30 140   1,02   0,74%

Penawaran Tender Sukarela META Diundur Hingga 5 Maret, Begini Kata Analis


Selasa, 07 Januari 2025 / 21:03 WIB
Penawaran Tender Sukarela META Diundur Hingga 5 Maret, Begini Kata Analis
ILUSTRASI. Proses penghapusan pencatatan saham atau delisting Nusantara Infrastructure (META) dari Bursa Efek Indonesia (BEI) masih belum rampung. ANTARA FOTO/Arnas Padda/tom.


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Proses penghapusan pencatatan saham atau delisting PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) dari Bursa Efek Indonesia (BEI) masih belum rampung. META bahkan memperpanjang proses penawaran tender offer hingga 5 Maret 2025.

Asal tahu saja, META tengah dalam proses delisting sukarela dari Bursa Efek Indonesia (BEI) setelah mendapat persetujuan dari RUPS Independen tanggal 19 Desember 2023. 

Melansir keterbukaan informasi di laman BEI tanggal 4 Desember 2024, masa perpanjangan penawaran tender sukarela dalam rangka delisting itu dimulai pada tanggal 6 Desember 2024 hingga 5 Maret 2025.

Pembayaran kepada partisipan yang menawarkan sahamnya dalam masa perpanjangan penawaran tender sukarela ini akan dilakukan pada tanggal 17 Maret 2025.

Baca Juga: BEI Akan Delisting 10 Saham di Tengah Tahun Depan, Perhatikan Jadwal Berikut!

META sudah menjalankan proses penawaran tender sukarela selama 86 hari per 4 Desember 2024. Dalam periode itu, perseroan sudah membeli 3,79 miliar saham dari total 4,10 miliar saham yang menjadi objek dari penawaran tender sukarela.

Penawaran tender sukarela yang dilaksanakan oleh PT Metro Pacific Tollways Indonesia Services (MPTIS) sebagai pengendali META itu dilakukan di harga Rp 250 per saham. Nilai tersebut lebih tinggi 34% dari harga rata-rata harga tertinggi perdagangan harian META di BEI dalam jangka waktu 90 hari terakhir sebelum pengumuman RUPS untuk rencana go private, yakni Rp 187 per saham.

Corporate Secretary META Dahlia Evawani mengatakan, hingga tanggal pengumuman tersebut, masih terdapat pemegang saham publik yang belum dapat dihubungi.

“Mereka juga tidak memberikan tanggapan/konfirmasi dalam bentuk apa pun terkait keputusannya, apakah akan menjual sahamnya melalui partisipasi dalam Penawaran Tender Sukarela atau memilih untuk tidak menjual sahamnya kepada MPTIS,” ujar Dahlia dalam keterbukaan informasi tersebut.

Baca Juga: Nusantara Infrastructure (META) Bakal Fokus Garap Proyek JORR Elevated pada 2025

Dahlia menyebutkan, bagi pemegang saham yang belum berpartisipasi, diharapkan agar segera menyatakan secara tegas sikapnya terkait kepemilikan saham mereka.

Pemegang saham dapat memilih dua opsi terkait kepemilikan mereka. Pertama, menjual saham mereka kepada MPTIS selama masa penawaran tender sukarela.

Kedua, menyatakan secara tegas bahwa mereka tidak ingin menjual sahamnya dan memilih tetap menjadi pemegang saham META.

Kata Dahlia, apabila hingga berakhirnya masa penawaran tender sukarela pemegang saham tersebut tidak menyatakan sikapnya secara tegas dan tertulis, maka mereka akan dianggap menyetujui langkah penyelesaian yang akan diambil oleh MPTIS dan META di kemudian hari.

“Langkah tersebut berkaitan dengan rencana META untuk mengubah status perusahaan dari perusahaan terbuka menjadi perusahaan tertutup, dengan tetap mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku,” papar dia.

Baca Juga: Emiten Jalan Tol Bersiap Jelang Nataru, Simak Rekomendasi Sahamnya

Head of Investment Nawasena Abhipraya Investama Kiswoyo Adi Joe melihat, molornya jadwal proses delisting META disebabkan oleh rendahnya harga tender offer yang ditawarkan oleh META.

“Para pemegang saham melihat META punya prospek bagus ke depan, tetapi harga tender offer terlalu murah,” kata dia kepada Kontan.co.id, Selasa (7/1).

Berdasarkan catatan Kontan, beberapa emiten sebelumnya memilih untuk menetapkan harga penawaran tender sukarela yang jauh lebih royal.

Pada tahun 2010, PT Aqua Golden Mississippi Tbk (AQUA) menetapkan harga penawaran Rp 500.000 per saham dalam proses voluntary delisting. Dalam periode 90 hari perdagangan terakhir, harga tertinggi AQUA di Bursa adalah Rp 244.800 per saham. Artinya, harga penawaran lebih tinggi 104,24%.

Pada tahun 2021, PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) memulai proses voluntary delisting. RMBA menetapkan harga penawaran Rp 1.000 per saham, lebih tinggi 356,21% lebih tinggi dari harga rata-rata tertinggi perdagangan harian di BEI dalam jangka waktu 90 hari terakhir sebelum pengumuman rencana go private.

Baca Juga: Sektor Infrastruktur Masih Tertekan, Simak Prospek dan Rekomendasi Sahamnya

“Hanya META yang bisa mengatur harga tender offer itu. Jika harga penawaran dinaikkan, kemungkinan proses delisting bisa lebih cepat,” ungkapnya.

Kiswoyo melihat, kinerja emiten jalan tol lainnya juga tak akan terpengaruh dengan proses delisting META.

“Emiten jalan tol lain, seperti PT Jasa Marga Tbk (JSMR) dan PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP), punya kapitalisasi pasar yang lebih tinggi dari META,” tuturnya.

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta melihat, rendahnya penyerapan oleh pasar membuat META harus memundurkan jadwal proses delisting.

“Apalagi sebelum pengumuman delisting, META sempat membukukan penurunan kinerja. Jadi, kepercayaan investor hilang,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (7/1).

Baca Juga: Nusantara Infrastruktur (META) Rampungkan Pembelian 35% Saham Tol Transjawa

Senada dengan Kiswoyo, Nafan juga menganggap proses delisting META bisa berlangsung lebih cepat jika harga penawaran bisa lebih tinggi.

“Seharusnya, jika META menaikkan harga penawaran tender offer, proses delisting bisa berlangsung lebih cepat juga,” paparnya.

Pasca delisting, META pun masih akan fokus dalam pengembangan jalan tol. Meskipun tak bisa dilihat secara pasti, tetapi investor seharusnya bisa menerka prospek META dengan melihat arah dan fokus perseroan seusai delisting.

“Mungkin pendapatan masih belum sesuai ekspektasi kalau dilihat per kuartal III 2024. Tetapi, ada penurunan dari operating expenses yang bisa mencerminkan ada efisiensi bisnis yang diterapkan META sehingga laba bisa terbukukan,” ungkapnya.

Selanjutnya: Kiwoom Sekuritas Prediksi Emisi IPO akan Tumbuh 38% pada 2025

Menarik Dibaca: Penumpang Rombongan Bisa Dapat Diskon Tiket Whoosh 20%, Begini Caranya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×