Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Analis menerawang, porsi asing pada Surat Berharga Negara (SBN) dalam negeri bakal menggemuk pada Desember 2015. Namun, pertumbuhan kepemilikan asing tersebut cenderung terbatas dengan adanya katalis negatif dari rencana Bank Sentral Amerika Serikat alias The Fed mengerek suku bunga acuan pertengahan pekan ini.
Mengacu situs Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan per 8 Desember 2015, kepemilikan asing pada SBN domestik yang dapat diperdagangkan mencapai Rp 552,64 triliun dari total outstanding Rp 1.445,43 triliun. Angka tersebut naik Rp 29,26 triliun dari posisi akhir kuartal III 2015 sebesar Rp 523,38 triliun. Dus, porsi asing juga menggemuk dari semula 37,59% menjadi 38,23%.
Mark Prawirodidjojo, Research Analyst Infovesta Utama memprediksi, porsi asing hingga pengujung tahun 2015 bakal menggemuk. Faktor pendorongnya, besar peluang inflasi Indonesia sepanjang tahun 2015 bakal terjaga di bawah target BI 3% - 5%.
Pemerintah juga bakal meluncurkan paket kebijakan jilid VIII guna mendongrak ekonomi. Apalagi Bappenas memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia per kuartal IV 2015 bakal mencapai 5,1%.
Namun, Mark berpendapat pertumbuhan kepemilikan asing pada SBN domestik bakal terbatas di sisa tahun 2015. "Kami melihat faktor potensi kenaikan suku bunga acuan oleh The Fed akan menjadi penghambat penambahan kepemilikan asing lebih jauh lagi," terangnya. Sebab, pelaku pasar cenderung wait and see mengantisipasi kenaikan suku bunga acuan The Fed.
Serupa, Analis Sucorinvest Central Gani Ariawan menduga, jika The Fed mengerek suku bunga acuan, dana asing memang berpotensi keluar dari pasar obligasi Indonesia. Sebab, investor asing cukup reaktif terhadap peluang pelemahan rupiah yang bisa menggerus keuntungan transaksi mereka.
Namun, lanjut Ariawan, koreksi tersebut bakal berlangsung jangka pendek dan lebih minim ketimbang situasi pada kuartal III 2015.
Alasannya, imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) yang ditawarkan Tanah Air terbilang menarik sehingga dapat mendorong investor asing untuk memarkirkan dananya. Mengacu Asian Bonds Online per 11 Desember 2015, yield obligasi pemerintah Indonesia tenor 10 tahun berkisar 8,59%. Angka tersebut lebih tinggi ketimbang yield obligasi bertenor sama pemerintah Malaysia yang tercatat 4,25%, Filipina 4,12%, Singapura 2,43%, Thailand 2,65%, serta Vietnam 7,2%.
Menurut Ariawan, jika investor asing menderita kerugian dari aspek pelemahan nilai tukar, mereka masih berpeluang menghimpun keuntungan dari pasar obligasi.
"Dari sisi imbal hasil yang ditawarkan Indonesia masih atraktif. Penambahan dana asing pada Desember tidak sebanyak November. Palingan ada potensi penambahan Rp 5 triliun - Rp 10 triliun," tukasnya.
Maklum, jelang pengujung tahun 2015, pelaku pasar umumnya kurang agresif bertransaksi karena fokus tutup buku dan liburan.
Ariawan menerawang, yield obligasi pemerintah bertenor 10 tahun akan berkisar 8,5% pada akhir tahun 2015.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News