Reporter: Aris Nurjani | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) atas nama Menteri Keuangan menetapkan total penjualan Sukuk Ritel seri SR016 hingga Rp 18,4 triliun pada Senin (21/3). Penerbitan SR016 kali ini berhasil menarik sebanyak 44.579 investor.
Sebanyak 20.293 investor atau 45,52% dari jumlah total investor merupakan investor baru dengan nominal pembelian sebesar Rp 6,19 triliun atau sekitar 33,63% dari total penjualan.
SR016 menawarkan kupon 4,95%. Kupon SR016 ini hanya sedikit lebih tinggi ketimbang ORI021 yang diterbitkan awal tahun 2022. ORI021 menawarkan kupon 4,90% yang terendah sepanjang sejarah penerbitan SBN ritel tradable.
“Walaupun tidak ada seri Sukuk Ritel yang jatuh tempo di awal tahun, animo masyarakat sangat tinggi untuk berinvestasi di SR016. Antusiasme masyarakat juga terlihat dari keikutsertaan dalam kegiatan edukasi yang dilaksanakan sepanjang masa penawaran SR016,” tulis DJPPR dalam siaran pers, Senin (21/3).
Baca Juga: Mengintip Kondisi Pasar Obligasi Pasca Kenaikan Suku Bunga The Fed
Pada penjualan SR016, tercatat investor generasi Y (milenial) mendominasi dari sisi jumlah investor dengan porsi sebesar 41,31% atau 18.416 investor. Namun, jika dilihat dari sisi nominal, pembelian generasi milenial hanya 19,41% dari total penjualan atau sekitar Rp 3,57 triliun.
Sedangkan generasi Z yang membeli SR016 sebanyak 586 investor atau 1,31% dari total investor, merupakan yang terbesar sepanjang penerbitan SBSN Ritel tradable dengan platform e-SBN. Total pembelian oleh generasi Z sebesar Rp 149,52 miliar atau 0,81% dari total penjualan.
Penurunan maksimal pemesanan per investor turut menurunkan tingkat keritelan ke angka terendah sepanjang penerbitan SBN Ritel tradable dengan platform e-SBN. Rata-rata pesanan SR016 mencapai Rp 412,96 juta per investor.
Lalu, sebanyak 3.008 atau 6,75% dari total investor memesan SR016 dengan nominal Rp 1 juta. Proporsi terhadap total investor pada SR016 ini merupakan yang paling besar sepanjang penerbitan SBN Ritel dengan platform e-SBN.
Baca Juga: Sentimen Kenaikan Suku Bunga Menambah Tantangan Penjualan SR016
Berdasarkan profesi, jumlah investor SR016 didominasi pegawai swasta yaitu sebesar 32,18%. Namun secara nominal, investor yang berprofesi sebagai wiraswasta masih mendominasi pemesanan SR016 yakni sebanyak 38,73% dari total pemesanan.
Senior Economist Samuel Sekuritas Fikri C Permana mengatakan, ada dua hal yang menjadi penyebab permintaan terhadap SR016 yang lebih kecil ketimbang SBN ritel sebelumnya.
"Pertama karena yield lebih rendah pada saat ekspektasi kenaikan suku bunga. Kedua saya pikir mungkin karena momennya juga, terutama sekarang ini kan diperuntukkan buat ritel sedangkan sekarang lagi ada kewajiban untuk bayar pajak dan bukan musim dividen ataupun pembagian bonus bagi para ritel, " ujar Fikri.
Sementara Head of Fixed Income Bank Negara Indonesia (BNI) Fayadri mengatakan, rendahnya pemesanan SR016 memang lebih karena ada pembatasan nominal pemesanan menjadi maksimal Rp 2 milliar per investor.
Baca Juga: Penjualan SR016 di Bank Mandiri Mencapai Rp 1,92 Triliun
"Kalau kita lihat masa penawaran SR0016, ini waktunya berbarengan dengan penantian dari para pelaku pasar terhadap besaran kenaikan suku bunga yang akan diputuskan oleh bank sentral AS Federal Reserve serta penutupan RDG Bank Indonesia yang salah satunya juga berisi keputusan tentang suku bunga acuan domestik," ujar Fayadri.
Fayadri menambahkan, sikap wait and see patut diduga mempengaruhi keputusan investor untuk masuk ke SR016. Tapi, dia melihat permintaan SR016 ini masih cukup baik. Apalagi masa penawaran SR016 ini berlangsung ketika pasar keuangan sangat dibayangi oleh potensi kenaikan suku bunga serta dampak konflik Rusia-Ukraina.
Fikri menambahkan, penawaran seri SR016 masih cukup baik apalagi target pemerintah tahun ini masih ada beberapa kali penjualan SBN ritel dengan total Rp 100 triliun. Untuk meningkatkan minat masyarakat, pemerintah perlu memperluas literasi finansial.
"Pemerintah juga harus menyesuaikan siklus penerimaan dari masyarakat atau instrumen ritel, misalnya pada saat musim pembagian dividen, musim pembagian bonus, THR dan seterusnya," pungkas Fikri
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News