CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

Mengintip Kondisi Pasar Obligasi Pasca Kenaikan Suku Bunga The Fed


Senin, 21 Maret 2022 / 13:19 WIB
Mengintip Kondisi Pasar Obligasi Pasca Kenaikan Suku Bunga The Fed
ILUSTRASI. Obligasi.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. The Fed mengumumkan kenaikan suku bunganya sebesar 25 basis poin atau 0,25% dalam FOMC pekan lalu. Kenaikan suku bunga tersebut memang cenderung hawkish, namun sesuai ekspektasi. 

Target kenaikan suku bunga tahun ini berada di level 1,75%-2% dan berangsur menurun pada 2023 hingga mencapai target inflasi 2% pada 2024. 

Ekonomi yang dinilai sudah cukup kuat menjadi dasar pertimbangan The Fed dalam melakukan pengetatan moneter, meskipun di sisi lain konflik Rusia-Ukraina terus mendorong naiknya harga komoditas global yang juga menjadi faktor pendorong inflasi.

Merespons hal tersebut, Bank Indonesia tetap mempertahankan suku bunga acuannya sebesar 3,5% dalam RDG BI yang berlangsung pekan lalu. 

Inflasi yang masih terjaga dalam target inflasi BI, yakni 2%-4% dan kondisi ekonomi dalam negeri yang cukup tangguh menjadi dasar BI memandang saat ini belum waktunya menaikkan tingkat suku bunga demi menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mendukung pemulihan ekonomi di tengah risiko global imbas perang. 

Baca Juga: Sentimen Kenaikan Suku Bunga Menambah Tantangan Penjualan SR016

Proyeksi pertumbuhan ekonomi dalam negeri turut dipertahankan pada kisaran 4,7%-5,5% sebagaimana outlook kredit dan neraca transaksi yang masih terkendali di mana mengindikasi optimisme regulator di tengah kenaikan harga komoditas. 

Infovesta Utama dalam riset mingguannya menilai instrumen obligasi saat ini masih menarik di tengah sikap kedua bank sentral tersebut. Hal ini tercermin dari kenaikan yield yang tidak begitu signifikan atau hanya bertengger di level 6,72%.

“Kenaikan yield yang terbatas artinya memperlihatkan optimisme para pelaku pasar seiring dengan ekonomi dalam negeri yang solid,” kata Infovesta Utama dalam risetnya pada Senin (21/3).

Di samping itu, dukungan BI dalam memitigasi dampak tapering dan kenaikan suku bunga The Fed juga cenderung berhati-hati. 

Infovesta Utama melihat hal ini terlihat dari adanya program pemerintah seperti aturan investasi 30% pada SBN untuk investor institusi dan tarif pajak lebih rendah untuk dana repatriasi yang diinvestasikan pada SBN dalam Tax Amnesty Jilid-II. Alhasil, hal tersebut turut menopang pasar obligasi dalam negeri. 

Baca Juga: Kinerja Reksadana Pasar Uang Berpotensi Kembali Meningkat

Infovesta Utama meyakini berbagai hal tersebut tentunya menjadi katalis positif bagi reksadana pendapatan tetap. Lebih jauh, tekanan tentu akan tetap terlihat dalam kebijakan pengetatan moneter, namun investor dapat menggunakan momentum tersebut.

“Investor bisa melakukan buy on weakness terhadap obligasi dengan peringkat, imbal hasil dan likuiditas yang baik. Di samping itu, pemilihan tenor pendek juga dapat menjadi opsi,” tutup Infovesta Utama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×