Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: A.Herry Prasetyo
JAKARTA. Produsen nikel sepakat memangkas produksi nikel demi menahan kejatuhan harga. Pemangkasan produksi nikel menjadi harapan kenaikan harga tahun depan.
Mengutip Bloomberg, Jumat (27/11), harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange turun 4,57% dari sehari sebelumnya di US$ 8.775 per metrik ton. Meski begitu, dalam sepekan terakhir, harga nikel telah menguat 0,51%.
Pabrik nikel di China sebagai produsen sekaligus konsumen terbesar dunia berencana memangkas produksi setidaknya 20% mulai tahun depan. Hal ini dilakukan untuk menopang harga yang sudah jatuh ke level terendah dalam 12 tahun yakni US$ 8.300 per metrik ton pada awal pekan lalu.
Sebanyak delapan produsen, termasuk pemasok material metal halus terbesar yakni Jichuan Group Co dan pembuat nikel pig iron Tsingshang Holding Group Co, sepakat untuk memangkas produksi bulan Desember sebesar 15.000 metrik ton.
Andri Hardianto, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures mengatakan, isu pemangkasan produksi menjadi penopang harga nikel untuk jangka pendek. Dalam jangka panjang, pergerakan harga masih akan tertekan oleh turunnya permintaan. “Berkurangnya permintaan akan terus membayangi harga hingga akhir tahun. Apalagi, isu kenaikan suku bunga The Fed masih cukup berpengaruh,” ujar Andri.
Andri menduga, harga nikel di penghujung tahun ini akan bergerak di kisaran US$ 8.400 per metrik ton. Jika suku bunga The Fed naik, nilai tukar dollar Amerika Serikat (AS) akan semakin melambung dan menekan harga nikel. Di sisi lain, permintaan belum membaik mengingat kondisi ekonomi global masih melambat.
Namun, jika pertumbuhan ekonomi China membaik di tahun depan, Andri optimistis harga nikel akan mulai bangkit. Beberapa analis bahkan melihat potensi defisit nikel sekitar 25.000 ton tahun depan jika ada pemangkasan produksi sebesar 20%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News