Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Harga nikel diprediksi bakal berbalut tren bearish (turun) hingga pengujung tahun 2015. Belum pulihnya permintaan akan menekan komoditas tersebut.
Mengutip Bloomberg Jumat (20/11) pukul 11.08 WIB, harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) merosot 1,7% dibandingkan hari sebelumnya menjadi US$ 8.800 per metrik ton.
Sepekan, harga nikel sudah menukik 6,63%. Dibandingkan akhir tahun 2014, harga komoditas tersebut meluncur 41%.
Andri Hardioanto, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures, menerawang, harga nikel bakal tertekan hingga akhir tahun 2015. Sebab, sebagian komoditas termasuk nikel kurang diminati oleh pelaku pasar sebagai instrumen investasi.
Perlambatan ekonomi yang dialami China dan Eropa juga bakal menyeret permintaan nikel. Maklum, kedua negara tersebut merupakan pengguna komoditas terbesar di dunia.
“Pelaku pasar saat ini lebih memilih instrumen investasi berbasis dollar Amerika Serikat (AS) karena isu kenaikan suku bunga acuan dan stabilnya ekonomi AS,” terangnya.
Andri memperkirakan, pada pengujung tahun 2015, harga nikel berpeluang koreksi hingga level US$ 8.500 per metrik ton.
“Kalau The Fed mengerek suku bunga acuan pada Desember 2015, harga nikel bisa melewati US$ 8.500 per metrik ton,” imbuhnya.
Sebab, permintaan nikel bakal tergerus karena komoditas tersebut diperdagangkan dalam mata uang dollar AS yang kian mahal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News