kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.884.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.210   0,00   0,00%
  • IDX 6.897   65,26   0,96%
  • KOMPAS100 1.002   13,05   1,32%
  • LQ45 771   10,32   1,36%
  • ISSI 224   1,60   0,72%
  • IDX30 397   5,48   1,40%
  • IDXHIDIV20 461   5,31   1,16%
  • IDX80 113   1,46   1,31%
  • IDXV30 113   0,44   0,39%
  • IDXQ30 129   1,86   1,47%

Pelambatan Ekonomi Bayangi Emiten Komponen Otomotif, Begini Rekomendasi Analis


Minggu, 08 Juni 2025 / 14:57 WIB
Pelambatan Ekonomi Bayangi Emiten Komponen Otomotif, Begini Rekomendasi Analis
ILUSTRASI. Kondisi ekonomi domestik dan global yang cenderung tak stabil sejak awal tahun menjadi pemberat utama pertumbuhan emiten komponen otomotif.


Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kondisi ekonomi domestik dan global yang cenderung tak stabil sejak awal tahun menjadi pemberat utama pertumbuhan emiten komponen otomotif. Namun, pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) bisa menjadi katalis positif bagi sektor ini. 

Analis Samuel Sekuritas Indonesia Jason Sebastian menyebut, emiten otomotif berpotensi kesulitan mendorong laju kinerjanya hingga akhir tahun 2025 nanti.

“Prospek industri otomotif sulit di paruh kedua 2025 akibat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang lebih rendah dan daya beli yang lebih lemah yang akan menekan permintaan kendaraan,” sebut Jason dalam riset 28 Mei 2025.

Memang, data Badan Pusat Statistik menunjukkan pertumbuhan PDB pada kuartal I-2025 hanya sebesar 4,87%, terkontraksi 0,98% dari kuartal sebelumnya. 

Secara khusus, Jason menyoroti dampak penurunan PDB itu pada pendapatan emiten komponen otomotif PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) yang tercatat turun 1,6% secara kuartalan (qoq) ke level Rp 1,5 triliun pada kuartal I-2025.

Baca Juga: Dharma Polimetal (DRMA) Bidik Peluang Bisnis di Sektor After Market Industri Otomotif

Jason menilai pertumbuhan PDB yang melambat bakal membuat periode-periode selanjutnya tetap menantang bagi DRMA, seiring volume penjualan komponen otomotif untuk kendaraan roda empat yang diperkirakan turun 4% – 5% sepanjang 2025. “Tertekan daya beli yang lemah dan lingkungan suku bunga tinggi,” katanya.

Belum lagi, depresiasi rupiah yang berpotensi menekan margin, mengingat sekitar 30% dari harga pokok penjualan (HPP) DRMA menggunakan hitungan dolar Amerika Serikat (AS). 

Di sisi lain, depresiasi rupiah justru memberi keuntungan bagi emiten otomotif lain PT Selamat Sempurna Tbk. (SMSM). Pasalnya, 60% – 70% penjualan bersih emiten ini berasal dari ekspor. Alhasil, pembayaran dalam dolar AS justru membuat emiten ini bisa mengantongi lebih banyak dari selisih nilai tukar.

Namun begitu, SMSM tak lepas dari bayang-bayang sentimen global yang sama tak pastinya. Dalam riset Sinarmas Sekuritas, perubahan geopolitik menjadi salah satu sentimen utama yang perlu diperhatikan.

“Gangguan perdagangan geopolitik dapat berdampak pada pendapatan ekspor,” demikian Sinarmas Sekuritas dalam riset 14 Maret 2025.

Meski berbagai sentimen negatif makroekonomi masih membayangi emiten otomotif, Analis Kiwoom Sekuritas Miftahul Khaer menilai sektor ini bakal mendapat harapan baru dari pemangkasan suku bunga BI.

“Meski penjualan masih turun pada 3 bulan pertama tahun ini, kami melihat ada peluang pemulihan di semester kedua, terutama jika daya beli masyarakat mulai membaik,” sebut Miftahul kepada Kontan, Kamis (5/6). 

Meski memang, Miftahul menambahkan, efek penurunan suku bunga biasanya membutuhkan waktu untuk benar-benar terasa di sisi konsumsi. 

Secara khusus Miftahul merekomendasikan saham PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) dengan rating trading buy dan target harga di kisaran Rp 2.220 per saham.

Sementara Jason merekomendasikan hold untuk saham DRMA dengan target harga Rp 1.000 per saham. Adapun, Sinarmas Sekuritas merekomendasikan buy saham SMSM dengan target harga Rp 2.170 per saham.

Baca Juga: SMSM Genjot Ekspor Komponen Otomotif, Siap Sambut Era Kendaraan Listrik Bertahap

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×