kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.690.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.300   35,00   0,21%
  • IDX 6.636   18,15   0,27%
  • KOMPAS100 963   0,22   0,02%
  • LQ45 750   -3,09   -0,41%
  • ISSI 206   1,44   0,70%
  • IDX30 391   -0,88   -0,23%
  • IDXHIDIV20 470   -5,41   -1,14%
  • IDX80 109   -0,01   -0,01%
  • IDXV30 113   0,06   0,05%
  • IDXQ30 128   -0,77   -0,60%

Cermati Efek Kebijakan Tarif Impor Trump ke Kinerja Emiten Komponen Otomotif


Senin, 03 Februari 2025 / 19:37 WIB
Cermati Efek Kebijakan Tarif Impor Trump ke Kinerja Emiten Komponen Otomotif
ILUSTRASI. Prospek kinerja emiten komponen otomotif usai Presiden AS Donald Trump terapkan kebijakan tarif impor ke Kanada, Meksiko dan China


Reporter: Rashif Usman | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump resmi menerapkan kebijakan tarif impor baru mulai 4 Februari 2025. Kebijakan ini mencakup tarif impor sebesar 25% untuk produk dari Kanada dan Meksiko, serta 10% untuk barang asal China. 

Langkah ini diperkirakan akan berdampak luas terhadap perdagangan global, termasuk bagi Indonesia yang merupakan salah satu eksportir komponen otomotif ke AS.

Salah satu emiten yang berpotensi terdampak adalah PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA). Perusahaan manufaktur komponen otomotif ini menargetkan ekspor ke AS dapat mencapai US$ 26,8 juta pada tahun 2025. 

Head of Investment Specialist PT Maybank Sekuritas Indonesia Fath Aliansyah Budiman menyoroti kontribusi penjualan ekspor DRMA berdasarkan laporan keuangan per kuartal III-2024. Dari total penjualan sebesar Rp 4 triliun, ekspor menyumbang Rp 8,4 miliar. 

"Apabila kenaikan jumlah ekspor ke Amerika Serikat dapat dinaikkan sebesar target perusahaan, kontribusinya memang mengalami kenaikan secara signifikan namun belum bisa menggantikan dominasi penjualan domestik," kata Fath kepada Kontan, Senin (3/2). 

Baca Juga: IHSG Anjlok Hari Ini (3/2), Simak Proyeksi untuk Perdagangan Selasa (4/2)

Fath bilang dengan asumsi penjualan domestik mencapai Rp 5 triliun pada 2025 dan ekspor ke AS sebesar Rp 436 miliar berdasarkan estimasi penjualan US$ 26,8 juta dengan kurs Rp 16.300 per dolar AS, kontribusi ekspor masih di bawah 10%. 

"Jika kemudian hari terjadi kenaikan tarif yang lebih tinggi, dampaknya terhadap kinerja keseluruhan DRMA diperkirakan tetap minimal," ujar Fath.

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan menambahkan, apabila AS menerapkan tarif impor terhadap Indonesia, maka berpotensi menghambat kinerja ekspor otomotif nasional. Peningkatan biaya produk yang masuk ke AS dapat melemahkan daya saing di pasar tersebut. 

Selain DRMA, PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) juga berisiko terdampak mengingat emiten ini turut mengekspor ban ke AS.

Namun, situasi ini juga bisa menjadi peluang bagi emiten Indonesia jika tarif impor AS terhadap negara lain lebih tinggi. Kondisi tersebut dapat membuat produk dari negara lain menjadi lebih mahal, sehingga membuka kesempatan bagi GJTL dan DRMA untuk lebih kompetitif di pasar AS.

 

"Untuk sisi strategi emiten perlu diversifikasi pangsa pasar ekspor baru untuk mengurangi risiko ketergantungan pada pasar AS ke negara yang kebijakan dagangnya lebih kondusif," ucap Ekky kepada Kontan, Senin (3/2).

Terkait rekomendasi saham untuk DRMA, jika kebijakan AS menguntungkan Indonesia dan DRMA mampu menyesuaikan strategi ekspornya, secara teknikal saham ini berpeluang menguat menuju resistance terdekat di Rp 1.000 dan berpotensi melanjutkan kenaikan ke Rp 1.100. 

Namun, jika gagal menembus resistance, DRMA berisiko turun di bawah support Rp 900, dengan potensi koreksi lebih lanjut ke area Rp 940–Rp 950 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU

[X]
×