kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.916.000   20.000   1,05%
  • USD/IDR 16.849   -29,00   -0,17%
  • IDX 6.436   -5,95   -0,09%
  • KOMPAS100 921   -1,93   -0,21%
  • LQ45 718   -5,10   -0,71%
  • ISSI 203   0,95   0,47%
  • IDX30 375   -2,88   -0,76%
  • IDXHIDIV20 455   -3,75   -0,82%
  • IDX80 104   -0,51   -0,49%
  • IDXV30 111   -0,85   -0,76%
  • IDXQ30 123   -0,75   -0,61%

Pefindo Beberkan Tantangan Penerbitan Surat Utang Korporasi pada 2025


Selasa, 15 April 2025 / 13:39 WIB
Pefindo Beberkan Tantangan Penerbitan Surat Utang Korporasi pada 2025
ILUSTRASI. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menilai penerbitan surat utang korporasi pada tahun 2025 masih akan diwarnai sejumlah tantangan.KONTAN/Muradi/2017/09/14


Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menilai penerbitan surat utang korporasi pada tahun 2025 masih akan diwarnai sejumlah tantangan.

Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo, Suhindarto, mengungkapkan bahwa salah satu risiko utama adalah tingginya ketidakpastian geopolitik yang masih berlangsung akibat konflik di sejumlah kawasan seperti Timur Tengah dan Eropa Timur. 

“Ini bisa membuat pasar lebih volatile dan membuat investor menuntut return yang lebih besar untuk mengkompensasi risiko,” kata Suhindarto dalam konferensi pers Pefindo 2025, Selasa (15/4).

Di sisi lain, kebijakan ekonomi global yang makin inward-looking juga memperparah ketidakpastian. Perang dagang yang kembali mencuat serta prospek pelonggaran moneter AS yang lebih lambat dari perkiraan semula turut menahan penurunan imbal hasil (yield) obligasi secara global.

Baca Juga: Penerbitan Surat Utang Korporasi Meningkat, Cermati Risiko Gagal Bayar

“Kedua hal ini kemudian berpotensi untuk menyebabkan fluktuasi nilai tukar dan yield untuk tertahan turun lebih jauh,” ujar Suhindarto.

Tantangan lain berasal dari sisi domestik, yakni rencana penerbitan surat utang pemerintah yang masih besar pada 2025. Pemerintah harus memenuhi jatuh tempo surat utang yang meningkat signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, serta menutup defisit anggaran yang lebih tinggi. 

Hal ini dinilai akan memberikan tekanan pada pasar obligasi dan mempertahankan level yield yang tinggi, sehingga bisa mempersulit pembentukan kupon yang kompetitif bagi surat utang korporasi.

Lebih lanjut, Suhindarto menggarisbawahi persaingan dari instrumen substitusi seperti SRBI (Sertifikat Rupiah Bank Indonesia) (SRBI) dan Surat Utang Negara Indonesia (SUNI). yang kian ketat. Instrumen-instrumen ini dinilai memiliki daya tarik tersendiri di tengah kondisi global yang tidak menentu.

“Pertumbuhan dana potensial yang bisa digunakan di masyarakat yang tercermin dari gross national saving rate itu sendiri tumbuhnya masih lebih lambat dibandingkan dengan penerbitan surat utang dari pemerintah selama beberapa tahun terakhir,” ujarnya.

Baca Juga: Bussan Auto Finance Siapkan Dana Rp 11,7 Miliar untuk Lunasi Obligasi Jatuh Tempo

Pefindo juga mencermati preferensi investor institusi yang semakin selektif. Investor utama di pasar obligasi cenderung menghindari instrumen dengan peringkat di bawah BBB dan sektor-sektor tertentu yang dinilai lebih berisiko. Kondisi ini mempersempit ruang penerbitan bagi korporasi dengan profil kredit yang lebih rendah.

Pefindo memperkirakan nilai penerbitan surat utang korporasi baru pada 2025 akan berkisar antara Rp139,29 triliun hingga Rp 155,43 triliun, dengan titik tengah pada Rp 143,91 triliun. Adapun hingga kuartal I/2025, realisasi penerbitan mencapai Rp 46,75 triliun, tumbuh 77,4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 26,35 triliun.

Selanjutnya: Menkeu Kucurkan Tambahan Tukin Rp 2,66 triliun untuk Dosen ASN Kemenditisaintek

Menarik Dibaca: Begini Cara Mengobati Asam Lambung dengan Cepat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×