kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Pasokan sukuk negara bakal menipis


Kamis, 04 Juni 2015 / 11:05 WIB
Pasokan sukuk negara bakal menipis
ILUSTRASI. Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Indonesia, Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (1/12/2023). KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Pasokan sukuk baru bagi investor bakal semakin berkurang. Pasalnya, target penerbitan sukuk negara tahun 2015 ini sudah hampir terpenuhi. Tapi, kondisi ini justru berpeluang meningkatkan likuiditas sukuk negara di pasar sekunder. Pemerintah menargetkan penerbitan sukuk negara tahun ini sebesar 20,1% dari target bruto atau senilai Rp 90,44 triliun.

Hingga Rabu (3/6) lalu, realisasi penerbitan sukuk negara sudah mencapai Rp 79,85 triliun. Jika sesuai rencana, saat ini, hanya tersisa penerbitan sukuk baru Rp 10,59 triliun lagi di tahun ini (lihat tabel).

Direktur Pembiayaan Syariah Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, Suminto mengatakan, target penerbitan sukuk negara memang hampir terpenuhi. Namun, realisasi penerbitan sukuk negara nanti bisa berubah dari target yang ditetapkan sebelumnya. “Komposisi penerbitan antara SUN konvensional dan sukuk merupakan general guideline, bukan hal yang sangat kaku,” papar Suminto kepada KONTAN.

Pemerintah akan bersikap bersikap fleksibel dan melihat kondisi pasar ke depan. Analis Millenium Capital Management Desmon Silitonga menilai, dengan minimnya pasokan sukuk di sisa tahun ini, pemerintah dapat leluasa menyerap dana investor dari lelang sukuk sesuai dengan tingkat yield yang diinginkan. Apalagi pemerintah masih memiliki cukup waktu karena masih mengagendakan 11 lelang sukuk di 2015.

Desmon menduga, pemerintah tidak akan menambah pasokan sukuk negara. Penambahan pasokan SUN konvensional maupun sukuk menurutnya baru akan terjadi jika pemerintah gagal mendapatkan pendanaan dari sektor lain seperti pajak.

Ia menilai jika pemerintah butuh dana lebih, masih ada alternatif lain yang lebih baik dibanding menambah alokasi sukuk. “Yang paling mungkin adalah memperbesar alokasi SUN valas karena kupon yang diberikan lebih rendah dibanding SUN berdenominasi rupiah, termasuk sukuk,” papar Desmon.

Pinjaman bilateral juga dapat menjadi alternatif pemerintah dalam mendapatkan dana. Likuiditas rendah Alhasil, kondisi sukuk di pasar sekunder diprediksi tidak akan banyak berubah.

Desmon bilang, sukuk masih dianggap sebagai instrumen yang kurang likuid sehingga pemegang efek ini cenderung memegang hingga jatuh tempo (hold to maturity). Dus, minimnya pasokan sukuk baru tak membuat investor memburunya di pasar sekunder.

Investor tetap lebih memilih SUN konvensional lantaran pergerakan harganya lebih atraktif. Wajar jika Desmon memprediksi yield sukuk tidak akan banyak berubah karena minimnya pasokan. Ia memprediksi yield sukuk seri PBS007 yang kini di kisaran 8,2% - 8,3% masih tetap di level yang sama pada akhir tahun ini. “Tapi perlu diingat yield sukuk negara juga mengikuti tren yield SUN konvensional,” tambah Desmon.

Sementara, Global Markets Financial Analyst Manager Bank Internasional Indonesia, Anup Kumar berpandangan, pemerintah dapat memanfaatkan setiap lelang sukuk untuk menambal kekurangan lelang SUN konvensional yang kini tingkat permintaannya sedang menurun.

Seperti diketahui sepanjang 2015, tingkat permintaan pada lelang SUN konvensional beberapa kali berada di bawah target indikatif yang ditetapkan pemerintah. “Sehingga ini baik untuk sukuk di pasar sekunder karena likuiditas menjadi lebih tinggi,” ujar Kumar.

Saat ini, lanjutnya, likuiditas sukuk masih cukup rendah. Risiko ini menyebabkan yield sukuk lebih tinggi dibandingkan dengan SUN konvensional yang bertenor sama. Ia memprediksi, rentang yield ini akan semakin menipis jika pemerintah memang memperbesar porsi penerbitan sukuk lewat lelang.

Ia memprediksi realisasi penerbitan sukuk negara tahun 2015 maksimum sekitar Rp 100 triliun. “Dengan catatan tingkat permintaan investor pada lelang SUN konvensional masih lesu seperti sekarang,” ujar Kumar. Sekedar informasi, realisasi penerbitan sukuk sepanjang 2014 sebesar Rp 75,54 triliun. Nilai tersebut terdiri dari penjualan sukuk ritel SR006, hasil lelang dan penerbitan sukuk global 2014. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×