Reporter: Grace Olivia | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rontoknya pasar saham dan obligasi membuat pelaku pasar ketar-ketir, sekaligus mengatur ulang strategi. Setidaknya, di pasar exchange traded fund (ETF), investor justru gencar mendekap lebih banyak unit penyertaan.
Dari penelusuran Kontan terhadap keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, sejumlah ETF mencatat penambahan unit penyertaan yang cukup signifikan sepanjang Juni 2018 lalu. Unit penyertaan tiga produk ETF besutan Indo Premier Investment Management, antara lain Rekasana Premier ETF LQ45 (RLQ45X) bertambah 700.000 unit , ETF IDX30 (XIIT) bertambah 100.000 unit, dan ETF Indonesia State-Owned Companies (XISC) bertambah 30,1 juta unit.
ETF Pinnacle IDX30 (XPID) mencatat lebih banyak penambahan unit penyertaan, yakni 112,2 juta unit sepanjang bulan lalu. Selain ETF berbasis indeks saham, ETF obligasi seperti Asian Bond Fund-Indonesian Index Fund (R-ABFII) milik Bahana TCW Investment Management juga mendapat tambahan unit penyertaan sebesar 305.432 unit.
CEO Pinnacle Investment Guntur Putra mengakui, penambahan unit penyertaan di ETF saat ini memang cukup besar. Namun, hal ini wajar lantaran investor berpeluang memanfaatkan kondisi koreksi pasar saat ini secara lebih efektif melalui ETF.
Guntur memberi contoh, pada Rabu (4/7), sesi pertama market dibuka turun lebih dari 1%, tetapi sore hari ditutup naik lebih dari 1,5%. Jika berinvestasi di reksadana konvensional, investor yang awalnya ingin subscribe karena pasar terkoreksi, justru akan mendapat harga NAV di atas, yaitu harga penutupan.
"Sementara, dengan fleksibilitas ETF, investor bisa transaksi real-time pada saat itu juga market terkoreksi dalam," ujar Guntur, Rabu (4/7).
CEO Indo Premier Investment Management Diah Sofianti, sepakat, fleksibilitas transaksi setiap saat selama jam bursa memberikan kemudahan bagi investor untuk mengambil peluang pergerakan pasar. "Melihat potensi pertumbuhan pasar saham ditopang oleh potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia, investor masih melihat bahwa penurunan pasar saat ini justru memberikan peluang bagi mereka mengkoleksi saham di harga murah," kata Diah, Rabu (4/7).
Guntur juga berpendapat, kondisi pasar yang terkoreksi saat ini juga bisa dimanfaatkan investor untuk mendapat eksposur market secara efisien. Alokasi aset bisa dilakukan investor secara lebih taktis dan efisien pada ETF ketimbang reksadana konvensional.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana, menambahkan, sejatinya, melihat indeks saham yang terus merosot, investor melihat adanya peluang indeks akan segera rebound. Pada titik inilah investor memilih masuk dengan harga yang sudah jauh lebih murah.
"Biasanya kalau sudah turun 20% dari titik tertinggi, indeks akan rebound dan berpotensi mencapai titik tertingginya lagi," kata Wawan, Rabu (4/7).
Harapannya, kinerja ETF yang memiliki karakteristik mengekor acuan bakal ikut terkerek saat indeks saham pulih nanti. Toh, menurut Wawan, tidak ada risiko salah pilih saham oleh manajer investasi di ETF, sehingga cenderung mengikuti risiko pasar semata.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News