Reporter: Muhammad Alief Andri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,02% atau 1,56 poin ke level 8.370,44 pada akhir perdagangan Jumat (14/11/2025). Dalam sepekan IHSG terkoreksi 0,86%. Analis memperkirakan IHSG masih rawan koreksi pada awal pekan depan.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memperkirakan IHSG masih bergerak dalam fase konsolidasi dan rawan melemah, dengan level support di 8.338 dan resistance di 8.442 pada perdagangan awal pekan depan, Senin (17/11/2025).
“IHSG masih rawan terkoreksi dalam fase konsolidasi, terutama jika area support tidak mampu bertahan,” jelasnya kepada Kontan, Jumat (14/11/2025).
Baca Juga: IHSG Cetak Rekor Tertinggi 13 Kali di 2025, OJK Bidik Pertumbuhan Kapitalisasi Pasar
Dari sisi sentimen, investor diperkirakan masih mencermati arah rupiah yang berpotensi menguat, pergerakan harga emas yang mulai rawan koreksi, serta perkembangan lanjutan dampak after-effect dari government shutdown AS dan kebijakan The Fed.
Herditya merekomendasikan investor untuk mencermati saham ESSA dengan kisaran harga Rp 710-Rp 760, SSMS pada level Rp 1.570-Rp 1.690, dan WINS pada kisaran Rp 454-Rp 478.
Asal tahu saja, sepanjang pekan ini, IHSG bergerak cukup fluktuatif. Level tertinggi mingguan tercapai pada Senin di 8.478,15, sementara level terendah terjadi pada Selasa di 8.338,40. Adapun penutupan tertinggi pekan ini terjadi pada Rabu ketika IHSG mengakhiri sesi di 8.388,57.
Baca Juga: IHSG Melemah 0,86% di Pekan Ini, Simak Sentimen yang Menyeretnya
Herditya menilai pelemahan IHSG sepanjang minggu ini terjadi karena munculnya tekanan jual, meski secara tren jangka menengah indeks masih cenderung berada dalam fase penguatan.
“Pergerakan IHSG selama sepekan ini memang disertai tekanan jual, namun secara keseluruhan masih berada di tren uptrend,” ujar Herditya.
Menurutnya, ada beberapa faktor yang membayangi pergerakan indeks. Pertama, volatilitas rupiah terhadap dolar AS yang masih rawan koreksi.
Kedua, pergerakan harga emas global yang menguat tetapi dibayangi sentimen government shutdown di Amerika Serikat.
Ketiga, pelemahan data tenaga kerja AS yang memicu kekhawatiran pasar akan tertundanya pemangkasan suku bunga The Fed pada Desember.
Keempat, peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen dan penjualan ritel Indonesia yang turut mempengaruhi dinamika perdagangan.
“Kombinasi sentimen global dan domestik ini membuat pasar cenderung berhati-hati,” ungkapnya.
Selanjutnya: Prudential Dorong Semangat Wirausaha Anak Muda Lewat NextGen Fest 2025
Menarik Dibaca: Prediksi Laga Portugal vs Armenia Pada 16 November 2025 di Kualifikasi Piala Dunia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













