kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produk ETF semakin dikenal di kalangan investor institusi


Rabu, 30 Mei 2018 / 12:47 WIB
Produk ETF semakin dikenal di kalangan investor institusi
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta


Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak pertama kali diperkenalkan di pasar modal Indonesia pada tahun 2007 silam, produk Exchange Traded Fund (ETF) semakin berkembang. Produk ETF yang tercatat di bursa pun semakin beragam dan saat ini berjumlah 18 produk. Teranyar ialah produk ETF besutan Pinnacle Investment bertajuk Pinnacle IDX30 dengan (XPID) yang resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia hari ini, Rabu (30/5).

Selaku diler partisipan XPID, Direktur Indo Premier Sekuritas, Noviono Darmosusilo, menjelaskan perkembangan produk ETF sejauh ini terbilang bagus. Menurutnya, kemajuan ETF didukung oleh semakin banyaknya investor institusi yang mengenal dan menjadikan produk ini pilihan instrumen investasinya.

"Investor mulai paham kalau ETF ini produk yang sangat likuid di pasar primer. Apalagi ETF indeks seperti XPID ini, NAV dan kinerjanya tentu akan mengikuti persis pergerakan saham-saham anggota IDX30," ujar Noviono, Rabu (30/5).

Chief Investment Officer PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia Priyo Santoso, sepakat, priduk ETF kini mulai menjadi instrumen yang dilirik dan dipertimbangkan oleh investor institusi. "Selama ini portofolio kami lebih didominasi funds of fund. Sekarang, ETF jadi pilihan karena semakin berkembang dan juga likuid," ungkap Priyo.

Adapun, dari segi kinerja, Noviono menjelaskan, produk ETF bisa dikatakan lebih apik ketimbang reksadana saham konvensional. Dari 10 besar reksadana saham yang mengungguli kinerja IHSG maupun indeks LQ45 tahun lalu, enam di antaranya adalah produk ETF.

Jumlah investor ETF setiap tahunnya juga terus tumbuh. Menurut Noviono, investor ETF bertambah sekitar 25%-30% setiap tahunnya, terutama investor institusi.

Kendati demikian, Noviono tak menampik, hingga saat ini masih banyak investor individu yang belum memahami ETF dengan jelas. "Investor sering salah lihat ke pasar sekunder sehingga beranggapan transaksi ETF sangat tipis. Harusnya, lihat ke pasar primer karena di situ justru sangat likuid," kata dia.

Ia berharap, seiring bertambahnya produk ETF yang beredar, investor bisa semakin tertarik untuk mengenali produk ini. Selain unggul karena likuiditas dan transparansinya, biaya investasi ETF juga tergolong cukup murah.

Di pasar primer, unit penyertaan ETF dipatok per basket dengan minimal investasi sekitar Rp 50 juta rupiah. "Biayanya jauh lebih murah dibanding di pasar ETF luar negeri yang bisa mencapai Rp 600 juta-700 juta per basket," ujar Noviono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×