Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Emisi obligasi korporasi tahun 2013 akan semakin ramai. Ramainya penerbitan tahun depan salah satunya karena banyak obligasi korporasi yang jatuh tempo.
Analis obligasi NC Securities I Made Adi Saputra menduga, penerbitan obligasi korporasi bisa mencapai Rp 65 triliun - Rp 70 triliun. "Kemungkinan besar, perusahaan akan menerbitkan obligasi untuk refinancing," kata Made kepada KONTAN, akhir pekan lalu.
Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia, obligasi dan sukuk korporasi yang jatuh tempo tahun depan mencapai Rp 23,54 triliun. Angka ini masih lebih rendah dibanding obligasi dan sukuk korporasi yang jatuh tempo tahun ini, Rp 26,32 triliun.
Selain untuk refinancing, perusahaan-perusahaan juga memanfaatkan penerbitan obligasi mencari dana guna memenuhi kebutuhan tahun 2013. Menurut Made, perusahaan yang membutuhkan pendanaan besar akan melirik penerbitan obligasi dibandingkan pendanaan bank. "Sebab perbankan memiliki aturan batas minimum pemberian kredit (BMPK), sehingga perusahaan lebih memilih menerbitkan obligasi," imbuh Made.
Penerbitan obligasi juga menjadi strategi bagi perusahaan untuk memperkenalkan diri kepada investor. Made mengatakan, langkah ini diambil oleh perusahaan sebelum menerbitkan instrumen saham di pasar modal.
Di sisi lain, investor masih akan memburu instrumen obligasi korporasi. Made memprediksikan, kondisi pasar keuangan yang masih belum stabil tahun depan akan mendorong investor lebih memilih instrumen yang memberikan return pasti atau fixed return. "Dan itu diperoleh dari obligasi," tutur dia.
Kendati demikian, ancaman tekanan inflasi akibat pengurangan subsidi bahan bakar minyak, kenaikan tarif dasar listrik, serta kenaikan upah minimum provinsi akan mempengaruhi penentuan kupon obligasi korporasi. Made memperkirakan, kupon obligasi korporasi yang diberikan bisa lebih tinggi dibanding tahun ini. "Namun, hal itu tidak akan mempengaruhi total emisi obligasi tahun depan," kata Made. Kenaikan kupon akan mengakibatkan biaya dana perusahaan penerbit obligasi ikut meningkat.
Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto mengatakan, emisi obligasi sepanjang 2012 tertinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya. Handy memperkirakan, tingginya penerbitan obligasi korporasi masih akan berlanjut tahun depan. "Penerbitan obligasi 2012 masih didominasi oleh sektor keuangan dan perbankan dengan penerbitan sekitar 66% dari total emisi," ujar Handy.
Handy merinci, sebagian besar penerbitan obligasi korporasi di 2012 sekitar 40% dilakukan oleh perusahaan keuangan dan sekitar 26% merupakan perbankan. Sedangkan sisanya perusahaan consumer goods sekitar 9%, perusahaan telekomunikasi sekitar 7%, perusahaan properti dan konstruksi 6%, dan perusahaan terkait otomotif sekitar 5%.
Perusahaan tambang minyak dan gas menerbitkan sekitar 3% dari total penerbitan obligasi, perusahaan periklanan, percetakan dan media 2%, dan infrastruktur 2%. "Tahun 2013 porsi penerbitan obligasi perusahaan keuangan dan perbankan akan menipis karena sektor-sektor lain akan memperbesar penerbitan obligasi," tutur Handy.
Direktur Penilaian Bursa Efek Indonesia (BEI) Hoesen menargetkan, penerbitan obligasi korporasi tahun depan bisa mencapai Rp 50 triliun. Meski lebih rendah dibandingkan total penerbitan tahun ini, Hoesen mengatakan, angka tersebut lebih tinggi dibandingkan target tahun ini yang dipatok sekitar Rp 40 triliun. "Tahun ini kami menargetkan Rp 40 triliun, tapi realisasi penerbitan bisa di atas Rp 50 triliun," tutur Hoesen.
Sepanjang 2012 ini, total emisi obligasi, sukuk dan efek beragun aset (EBA) di BEI tercatat 65 emisi dari 50 emiten senilai Rp 67,80 triliun dan US$20 juta. Menurut Hoesen, tahun ini masih ada beberapa perusahaan yang akan menerbitkan obligasi senilai total Rp 10 triliun. Namun, dia enggan merinci sisa emisi tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News