Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Adi Wikanto
Sedangkan, sentimen terkait system kerja di kantor yang dapat dimulai pada 2021 dan program vaksinasi menjadi katalis positif untuk sektor ini. Hal tersebut kemungkinan dapat kembali meningkatkan permintaan dan dapat meningkatkan penjualan.
Lantaran saham emiten rokok sudah terkoreksi cukup dalam, Chris bilang, seharusnya jika ada pelemahan sudah tidak terlalu dalam lagi. Berdasarkan data RTI, saham GGRM merosot 8,9% dalam sebulan terakhir, kemudian saham HMSP juga terkoreksi sebesar 7,43%.
Adapun saham PT Bentoel International Inv Tbk (RMBA) melemah 13,79% dalam sebulan terakhir dan PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) minus 3,01%. Hanya saham saham PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) yang mengalami penguatan hingga 51,79% dalam sebulan terakhir.
“Untuk saham emiten rokok yang naik, juga harus disesuaikan lagi karena dari sisi WIIM ada batas jumlah rokok yang dijual. Sehingga peningkatan penjualannya di tahun 2020 bisa jadi stagnan ditahun 2021,” paparnya.
Dengan mempertimbangkan tantangan-tantangan yang ada, Chris menyarankan pelaku pasar untuk sebaiknya menghindari terlebih dahulu saham emiten rokok dan menunggu harganya kembali turun untuk mulai diakumulasi.
Menurutnya, sekarang ini valuasi dari saham-saham emiten rokok terbilang netral karena kemungkinan dari sisi kinerjanya juga mengalami penurunan. Saat ini price to earning ratio (PER) saham WIIM berada di 12,32 kali, PER saham HMSP di 17,29 kali, saham GGRM di 9,65 kali, dan saham ITIC di 33,57 kali.
Selanjutnya: Menghadapi kenaikan cukai, begini rekomendasi saham rokok
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News