Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - Jakarta. Perdagangan surat berharga di Bursa Efek Indonesia pada Senin 22 Februari 2021 segera dibuka. Sebelum perdagangan dimulai, analis memberikan rekomendasi terhadap saham emiten rokok seperti PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM), PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) dan PT Bentoel International Inv Tbk (RMBA).
Industri Hasil Tembakau (IHT) menjadi salah satu industri yang terpukul oleh adanya Covid-19. Selain itu, kenaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) atau cukai rokok sebesar 12,5% yang diterapkan mulai Februari 2021 turut memperberat kinerja emiten rokok.
Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony menjelaskan, secara fundamental emiten-emiten rokok terutama pemain besar tertekan cukup dalam akibat kenaikan cukai rokok. Dimana, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) menjadi emiten yang paling merasakan dampaknya lantaran kenaikan cukai tersebut lebih kepada sigaret kretek mesin (SKM).
“Sedangkan PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) dengan sigaret kretek tangan (SKT)-nya yang tidak mengalami peningkatan, membuat perokok beralih ke WIIM sehingga terlihat dari sisi laba bersih yang meningkat,” terangnya kepada Kontan.co.id, Minggu (21/2).
Jika meniliki laporan keuangan hingga kuartal III-2020, emiten berkode saham WIIM membukukan pendapatan Rp 1,39 triliun atau naik dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 1 triliun, adapun laba bersih Rp 108,69 miliar melesat dari periode yang sama tahun 2019 yang hanya Rp 15,40 miliar.
Chris melihat, prospek emiten rokok ke depannya masih kurang baik mengingat permintaan yang masih cenderung rendah.
Baca Juga: Emiten rokok masih tertekan, saham apa saja yang menarik?
“Cost dari perusahaan rokok yang masih tinggi tentu berdampak kurang baik dari sisi sektor rokok itu sendiri,” tambah Chris.
Sedangkan, sentimen terkait system kerja di kantor yang dapat dimulai pada 2021 dan program vaksinasi menjadi katalis positif untuk sektor ini. Hal tersebut kemungkinan dapat kembali meningkatkan permintaan dan dapat meningkatkan penjualan.
Lantaran saham emiten rokok sudah terkoreksi cukup dalam, Chris bilang, seharusnya jika ada pelemahan sudah tidak terlalu dalam lagi. Berdasarkan data RTI, saham GGRM merosot 8,9% dalam sebulan terakhir, kemudian saham HMSP juga terkoreksi sebesar 7,43%.
Adapun saham PT Bentoel International Inv Tbk (RMBA) melemah 13,79% dalam sebulan terakhir dan PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) minus 3,01%. Hanya saham saham PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) yang mengalami penguatan hingga 51,79% dalam sebulan terakhir.
“Untuk saham emiten rokok yang naik, juga harus disesuaikan lagi karena dari sisi WIIM ada batas jumlah rokok yang dijual. Sehingga peningkatan penjualannya di tahun 2020 bisa jadi stagnan ditahun 2021,” paparnya.
Dengan mempertimbangkan tantangan-tantangan yang ada, Chris menyarankan pelaku pasar untuk sebaiknya menghindari terlebih dahulu saham emiten rokok dan menunggu harganya kembali turun untuk mulai diakumulasi.
Menurutnya, sekarang ini valuasi dari saham-saham emiten rokok terbilang netral karena kemungkinan dari sisi kinerjanya juga mengalami penurunan. Saat ini price to earning ratio (PER) saham WIIM berada di 12,32 kali, PER saham HMSP di 17,29 kali, saham GGRM di 9,65 kali, dan saham ITIC di 33,57 kali.
Selanjutnya: Menghadapi kenaikan cukai, begini rekomendasi saham rokok
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News