Reporter: Kenia Intan | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di perdagangan pekan ini, investor asing masih mencatatkan aksi jual di pasar saham. Tercatat selama sepekan ini, net foreign sell mencapai Rp 1,46 triliun.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melihat aksi jual terjadi karena investor asing cenderung wait and see mengingat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang belum kondusif. Hal ini dipicu oleh perlambatan ekonomi baik secara global maupun domestik Indonesia, serta merebaknya virus corona.
Baca Juga: Aksi jual asing Rp 1,46 triliun, ini saham-saham yang banyak dilego asing
"Kami perkirakan dana asing pindah ke obligasi karena return obligasi nampaknya lebih menarik daripada saham," kata Herditya ketika dihubungi Kontan.co.id, Jumat (22/2).
Tidak jauh berbeda, Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani bilang, virus corona masih menjadi salah satu faktor pemicu asing menjual sahamnya. Selama belum ada berita positif terkait virus corona, pekan depan asing masih mencatatkan aksi jual.
Keadaan global yang kurang kondusif mendorong investor keluar dari pasar modal dan beralih ke instrumen yang dianggap lebih aman seperti obligasi dan emas.
"Investor akan memilih instrumen yang lebih defensif," katanya ketika dihubungi Kontan.co.id, Sabtu (22/2).
Tidak jauh berbeda, Direktur Avere Investama Teguh Hidayat mengatakan asing memang tidak sepenuhnya keluar dari pasar. Investor asing lebih banyak menginvestasikan dananya di surat utang.
"Karena kalau dari sisi ekonomi, Indonesia aman-aman saja," terang Teguh ketika dihubungi Kontan.co.id, Jumat (21/2).
Adapun faktor pendorong investor tidak berinvestasi di pasar saham masih disebabkan oleh kasus Jiwasraya dan kasus-kasus turunannya, seperti reksadana yang gagal bayar. Mengingat kasusnya yang panjang dan melibatkan uang yang tidak sedikit, Teguh memprediksi, asing masih akan mencatatkan net foreign sell pada perdagangan pekan depan.
Berdasar data RTI Business, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menjadi tiga saham yang paling banyak dijual oleh asing. Saham BBCA tertinggi di antara ketiganya, dengan net sell asing mencapai Rp 977,37 miliar selama sepekan.
Menurut Hendriko, aksi jual yang dilakukan terhadap tiga saham perbankan itu hanya karena profit taking saja setelah penguatan yang terjadi sebelumnya.
Baca Juga: IHSG anjlok, asing lepas muatan sampai Rp 383,2 miliar
Di tengah investor asing yang melakukan aksi jual, saham Bank Mandiri (BMRI), Astra International (ASII), dan Adaro Energy (ADRO) menjadi tiga saham teratas yang dibeli asing selama sepekan. Berdasar data dari RTI Business, selama sepekan saham BMRI mencatatkan net foreign buy sebesar Rp 294,99 miliar.
Hendriko menjelaskan, untuk BMRI katalis positifnya adalah dividen yang dibagikan cukup besar.
Baca Juga: IHSG merosot 6,62% sejak awal tahun, simak saham-saham pilihan berikut
Sementara itu, siklus harga batubara yang akan menguat di bulan April nanti membuat saham ADRO dan beberapa emiten batubara lain mengalami akumulasi beli oleh investor asing.
Sedangkan sksi beli terhadap ASII terjadi setelah harganya menyentuh level terendah sejak tahun 2016, sehingga sahamnya cukup menarik dikoleksi secara price action.
Kata Herditya, dilihat secara teknikal harga-harga sagam yang dibeli oleh asing memang cenderung murah. Khususnya, ASII yang beberapa waktu lalu sempat menyentuh angka di bawah 6.000.
Beda dengan harga BBCA yang secara teknikal sudah terlampau tinggi. Sehingga, tidak mengeherankan jika investor melakukan profit taking.
Ia menambahkan, secara valuasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung sudah murah dan menarik. Hal ini berpotensi mengundang invstor asing untuk kembali ke pasar.
Baca Juga: Tahun lalu, investor baru di pasar modal paling banyak dari Jawa Barat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News