kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.944.000   4.000   0,21%
  • USD/IDR 16.381   -39,00   -0,24%
  • IDX 7.960   23,81   0,30%
  • KOMPAS100 1.113   6,63   0,60%
  • LQ45 817   3,99   0,49%
  • ISSI 268   1,67   0,63%
  • IDX30 423   2,10   0,50%
  • IDXHIDIV20 490   1,69   0,35%
  • IDX80 123   0,59   0,48%
  • IDXV30 132   0,98   0,75%
  • IDXQ30 137   0,63   0,46%

Cek Rekomendasi Saham & Prospek Kinerja Emiten di Tengah Perpanjangan PPN DTP


Kamis, 28 Agustus 2025 / 07:34 WIB
Cek Rekomendasi Saham & Prospek Kinerja Emiten di Tengah Perpanjangan PPN DTP
ILUSTRASI. Para analis memberikan rekomendasi saham untuk sektor properti, konstruksi dan semen yang mendapat dampak dari perpanjangan PPN DTP


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Sejumlah emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) diproyeksikan akan mendapat sentimen bagus dari alokasi APBN untuk program 3 juta rumah dan PPN DTP di tahun 2026.

Asal tahu saja, pemerintah memberi anggaran untuk program 3 juta rumah besutan Presiden Prabowo Subianto sebesar Rp 57,5 triliun di tahun 2026. 

Pemerintah juga masih memberikan intensif fiskal untuk 40.000 unit rumah komersial hingga Rp 2 miliar untuk menstimulasi permintaan maupun pasokannya, baik dari sisi produksi dan konstruksi rumahnya. 

Alokasi untuk PPN DTP juga dianggarkan pemerintah sebesar Rp 3,4 triliun untuk tahun 2026. Ini artinya ada potensi besar perpanjangan lagi untuk insentif PPN DTP di tahun depan, setelah sebelumnya resmi diperpanjang hingga Desember 2025.

Emiten properti, konstruksi, dan semen pun diproyeksikan bisa terdampak positif dari program pemerintah tersebut.

Baca Juga: Cermati Rekomendasi Saham BBRI, BRPT, EXCL, INCO, INDF untuk Hari Ini (28/8)

Misalnya, PT PP Tbk (PTPP) yang terlibat dalam kerjasama antara Indonesia dengan Qatar untuk membangun 1 juta rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah sebagai bagian dari program 3 juta rumah. 

Dalam kerjasama ini, PTPP menyediakan lahan milik perseroan. PTPP juga akan melaksanakan konstruksi untuk pembangunan 1 juta rumah.

Beberapa lahan yang siap digunakan berada di wilayah Jabodetabek, Jawa Barat, Yogyakarta, dan Pekanbaru. Total luasan tanah itu sebesar 26 hektare.

“Namun, kami masih menunggu informasi lebih lanjut (untuk kelanjutan proyek pembangunan dalam program 3 juta rumah),” ujar Sekretaris Perusahaan PTPP, Joko Raharjo, kepada Kontan, Rabu (27/8/2025).

Dari sektor properti, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) dan PT Ciputra Development Tbk (CTRA) menyambut baik perihal program 3 juta rumah dan perpanjangan insentif PPN DTP di tahun 2026.

Direktur Utama SMRA, Adrianto P. Adhi mengatakan pihaknya menyambut baik stimulus ini. Menurutnya, PPN DTP adalah stimulus terbaik di sektor properti yang dampaknya besar dan bisa memberikan sentimen positif ke berbagai industri lain pendukungnya.

Manfaat insentif ini pun langsung dirasakan konsumen, bukan pengembang. Alhasil, konsumen bisa lebih yakin untuk membeli properti.

Baca Juga: IHSG Diproyeksi Menguat, Simak Rekomendasi Saham dari MNC Sekuritas Hari Ini (28/8)

Sementara, dari sisi pengembang, insentif ini membuat para developer untuk memicu pembangunan proyek hunian. Ini lantaran fasilitas PPN DTP hanya berlaku untuk unit yang sudah selesai dibangun dan siap dilunasi.

“Artinya, developer akan mengeluarkan stok yang siap jual sekaligus membangun proyek baru untuk mengejar target,” ujarnya.

Direktur CTRA Harun Hajadi melihat, program PPN DTP juga hal yang positif bagi industri properti. 

Dengan insentif ini, developer yang sanggup melakukan serah terima unit pasti akan terbantu kinerjanya. Pembeli juga akan mengambil PPN DTP, karena mereka mendapatkan diskon pajak 11% yang ditanggung pemerintah. 

“Masalahnya, tidak semua developer selalu punya stok atau rumah-rumah yang bisa diserahterimakan dalam waktu berlakunya PPN DTP,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (27/8/2025).

Harun menambahkan, sekitar 60% dari raihan pendapatan prapenjualan alias marketing sales CTRA berasal dari unit yang ikut serta insentif PPN DTP.

Sebagai gambaran, CTRA mencatatkan marketing sales sekitar Rp 4,2 triliun per Juni 2025. Target marketing sales Ciputra sebesar Rp 11 triliun hingga akhir tahun 2025.

Lebih lanjut, SMRA dan CTRA juga akan berkontribusi secara tidak langsung di program 3 juta rumah.

Baca Juga: Kinerja Astra (ASII) Didukung Portofolio Bisnis yang Luas, Cek Rekomendasi Sahamnya

Adhi menjelaskan, SMRA memiliki program corporate social responsibility (CSR) bekerja sama dengan Yayasan Tzu Chi untuk merenovasi 500 rumah. Di waktu yang bersamaan, program 3 juta rumah itu salah satunya adalah renovasi rumah.

“Kami masuk ke renovasi rumah itu sebagai CSR. Ada 250 rumah di Kabupaten Bekasi dan 250 rumah di Kota Bekasi,” ujarnya saat ditemui Kontan di Jakarta, Rabu (27/8/2025).

SMRA menganggarkan dana sebesar Rp 15 miliar untuk renovasi rumah tersebut, atau sekitar Rp 30 juta untuk renovasi per unit.

Menurut Adhi, SMRA sebenarnya sempat ditawarkan lahan oleh pemerintah untuk dikembangkan sebagai bagian dari program pembangunan 3 juta rumah. Namun, belum ada kelanjutan dari penawaran tersebut.

Penawaran itu seharusnya berlanjut dengan skema pembangunan oleh swasta dan kemudian huniannya dibeli oleh pemerintah. “Tapi, belum ada clear and clean soal tanahnya,” ungkapnya.

Sementara, CTRA juga berencana untuk ikut serta di program 3 juta rumah sebagai dukungan terhadap program pemerintah.

”Pertama yang kami lakukan adalah perbaikan rumah-rumah yang tidak layak, terbanyak di daerah Jawa Timur. Juga rumah-rumah sekitar proyek-proyek Ciputra,” ungkap Harun.

 

Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan melihat, program 3 juta rumah dan perpanjangan PPN DTP di tahun 2026 menjadi katalis positif bagi emiten semen, konstruksi, maupun properti. 

Permintaan material seperti semen berpotensi meningkat, sehingga bisa membantu meredam isu oversupply yang selama ini menekan kinerja industri semen. 

Bagi sektor properti, perpanjangan insentif PPN DTP hingga 2026 dapat mendorong daya beli masyarakat dan mendukung penjualan residensial. 

“Sementara untuk BUMN karya seperti PTPP, keterlibatan langsung pada proyek ini dapat memperbesar backlog dan memperbaiki utilisasi kapasitas konstruksi,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (27/8/2025).

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mencermati, alokasi APBN untuk program dan insentif itu juga menjadi kabar baik bagi para emiten di sektor tersebut. 

“Bahkan, saham para emiten semen tengah ada dalam keadaan uptrend,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (27/8).

Melansir RTI, saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) naik 33,97% dalam sebulan terakhir. Saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) juga naik 6,64% dalam sebulan terakhir.

Rekomendasi Saham

Ekky mengatakan, kebijakan ini juga akan mempengaruhi kinerja saham emiten terkait secara positif. Terutama, di sektor properti yang saat ini masih diperdagangkan di bawah valuasinya.

“Berita ini bisa menjadi pemicu kenaikan harga saham mereka,” ungkapnya.

Untuk emiten semen, meskipun ada sentimen positif, isu oversupply dan tekanan biaya energi masih menjadi tantangan. Alhasil, valuasi saham para emiten semen belum sepenuhnya menarik, kecuali dari sisi prospek jangka panjang.

Ekky melihat, saham SMRA, CTRA, INTP, dan PTPP patut dicermati investor. Saham SMRA berpotensi kembali menguat menuju level Rp 700 per saham, sementara CTRA menarik dengan target jangka menengah di Rp 1.350 – Rp 1.400 per saham. 

Untuk sektor semen, rekomendasi hold disematkan untuk SMGR dengan target harga terdekat di Rp 3.000 – Rp 3.250 per saham. Sedangkan, saham INTP masih membuka peluang penguatan hingga kisaran Rp 8.000 per saham dalam jangka menengah. 

Baca Juga: IHSG Menanti Sejumlah Rilis Data Global, Cek Rekomendasi Sahamnya Kamis (28/8)

“Di sektor konstruksi, PTPP menarik dengan target jangka panjang di Rp 570 – Rp 600 per saham,” tuturnya.

Senada, Nafan melihat kinerja emiten di ketiga sektor tersebut juga bakal terdongkrak dari kebijakan Bank Indonesia (BI) yang menurunkan suku bunga ke 5% di bulan Agustus ini.

Potensi penurunan suku bunga bank acuan juga masih terbuka, terutama didorong oleh langkah The Fed yang diproyeksikan menurunkan suku bunga dua kali lagi hingga akhir tahun 2025.

“Pelonggaran kebijakan moneter, baik di tahun ini maupun tahun depan, diharapkan bisa memberikan katalis positif ke kinerja emiten properti dan semen,” ungkapnya.

Dengan kenaikan harga saham emiten semen yang belum diikuti dengan sentimen positif ke fundamental, Nafan belum memberikan rekomendasi saham emiten di sektor ini.

Nafan pun merekomendasikan add untuk BSDE dan CTRA dengan target harga masing-masing Rp 1.030 per saham dan Rp 1.420 per saham.

Selanjutnya: Indeks Multiplier Naik, Optimalisasi Hulu Gas ke Hilir Sudah Sesuai Asta Cita Prabowo

Menarik Dibaca: Promo McD x GrabFood sampai 31 Agustus, Burger atau Ayam Rendang Diskon 30%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004

[X]
×