kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar Saham Dikepung Sentimen Inflasi, Simak Saran Analis untuk Investor


Senin, 13 Juni 2022 / 16:39 WIB
Pasar Saham Dikepung Sentimen Inflasi, Simak Saran Analis untuk Investor
ILUSTRASI. Suasana pembukaan superstore Mitra10 dan Atria di Cibinong, Bogor, Rabu (25/5). Pasar Saham Dikepung Sentimen Inflasi, Simak Saran Analis untuk Investor.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Amerika Serikat (AS) sedang dilanda kenaikan inflasi. Asal tahu, inflasi di negeri Paman Sam itu meroket hingga ke level tertinggi dalam empat dekade terakhir.

Tingkat inflasi AS menyentuh level 8,6% pada Mei 2022. Tingkat inflasi ini melanjutkan inflasi pada April 2022 lalu sebesar 8,3%. Melonjaknya inflasi disebabkan kenaikan biaya gas, makanan dan kebutuhan lainnya pada periode Mei 2022.

Di sisi lain, data penambahan lapangan pekerjaan AS atau non farm payroll dapat dikatakan belum mengalami peningkatan yang signifikan.

Menurut Analis Phillip Sekuritas Indonesia, Dustin Dana Pramitha, hal ini akan menjadi pertimbangan tersendiri bagi The Fed untuk menaikkan suku bunga.

Baca Juga: Diambang Resesi, Prospek Ekonomi Global Semakin Suram

Karena, menaikkan suku bunga/mengubah kebijakan moneter lebih agresif akan memperberat pertumbuhan ekonomi. Terlebih, harga yang meningkat bukan karena permintaan yang tinggi, namun karena harga energi dan bahan bakar yang meningkat.

“Saya rasa saat ini dengan kenaikan suku bunga 50 basis points (bps) ke level 1,00% akan bertahan setidaknya sampai indikator ekonomi lainnya menunjukkan adanya kenaikan inflasi yang disebabkan peningkatan permintaan,” terang Dustin kepada Kontan.co.id, Senin (13/6).

Dus, dia menilai hingga saat ini The Fed masih berpeluang menahan suku bunga di level 1,00% sampai terdapat data ekonomi yang menunjukkan adanya peningkatan permintaan yang lebih tinggi.

Di sisi lain, Analis Kanaka Hita Solvera Raditya Krisna Pradana menilai, The Fed masih akan meningkatkan suku bunganya. Sehingga, di tengah potensi kenaikan tingkat suku bunga, investor disarankan untuk mengurangi alokasi dananya di instrumen saham, memegang cash lebih banyak, atau bahkan memindahkannya ke deposito.

Baca Juga: Pasar Antisipasi Kenaikan Suku Bunga, Simak Proyeksi Arah IHSG Sepekan Ini

“Inilah yang masih menjadi ancaman hingga saat ini. Karena kami memproyeksikan, level inflasi AS untuk kembali ke level sebelum pandemi masih sangat susah, dengan melihat keadaan yang terjadi sekarang,” terang Raditya, Senin (13/6).

Saat ini investor perlu menerapkan sikap disiplin dalam money management dan risk management. Untuk porsi portofolio, Raditya menyarankan maksimal untuk porsi saham untuk saat ini sebesar 50%.

“Sebanyak 50% cash digunakan untuk tindakan preventif apabila penurunan kembali terjadi,” sambung dia.

Secara teknikal, berdasarkan pergerakan pada Jumat (11/6), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi cukup agresif ke level 7.086.  Untuk  bulan ini, Raditya melihat IHSG masih berpeluang melanjutkan koreksi. Untuk jangka menengah hingga panjang, worst case scenario IHSG diproyeksikan bisa mencapai level 6.500 kembali.

Baca Juga: Ada Sentimen FOMC Meeting, Ini Rekomendasi Saham yang Bisa Dicermati

Namun, tentu saja koreksi IHSG ini menjadi momentum untuk masuk ke saham-saham fundamental bagus dengan harga yang lebih murah, dan disesuaikan porsi portofolio.

Adapun saham-saham yang menarik menurut Raditya untuk jangka menengah hingga panjang  diantaranya PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk  (INKP) dengan target harga Rp 9.225, PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) dengan target  harga Rp 8.025, PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dengan target harga Rp 7.775, dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dengan target harga Rp 1.135.

Senada, Dustin menyarankan investor untuk tetap mewaspadai setiap fluktuasi pasar akibat berita terkait Federal funds rate (FFR). “Namun tetap ada ruang bagi para pelaku pasar untuk menjalankan strategi trade jangka pendek,” pungkas Dustin. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×