kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar masih galau, IPO banyak yang tertunda


Selasa, 25 Juni 2013 / 15:21 WIB
Pasar masih galau, IPO banyak yang tertunda
ILUSTRASI. Password Salah Berulang bisa Kunci Permanen Akun LTMPT, Ini Solusi Salah Password.


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Kondisi pasar saham yang negatif membuat beberapa perusahaan menunda penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Namun, penundaan tak murni datang dari kondisi pasar saja, ada juga calon emiten yang menunda IPO karena belum memenuhi persyaratan IPO.

Tercatat, ada beberapa perusahaan yang menunda IPO itu, seperti PT Bank Muamalat Tbk, PT Siloam International Hospital dan PT Citra Borneo Indah. Penundaan IPO juga dilakukan oleh PT Eka Sari Lorena Transport dan PT Toko Buku Gramedia.

Tak cukup sampai disana, beberapa perusahaan perkebunan seperti Citra Borneo Indah juga menunda IPO tahun ini. Namun begitu, ada juga beberapa perusahaan sejenis di sektor agribisnis tetap melaksanakan IPO walaupun dilakukan dengan menurunkan porsi saham publiknya.

Beberapa perusahaan sektor agribisnis yang tetap melaksanakan IPO dengan mengurangi porsi saham IPO itu adalah PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) yang mengurangi porsi pelepasan saham perdana menjadi 10% dari 23,85%. Selain itu ada PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) juga mengurangi porsi IPO dari semula melepas 500 juta lembar saham menjadi 275 juta lembar saham.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Penilaian Perusahaan BEI Hoesen menilai, kondisi saham yang negatif seharusnya bukan menjadi alasan untuk menunda pelaksanaan IPO. Sebab, kata Hoesen, tidak ada pihak yang dapat memperkirakan pergerakan saham tersebut.

Ia berikan contoh, masih ada beberapa perusahaan yang IPO tahun ini di BEI. Kondisi itu menurut Hoesen, adanya respon positifnya industri pasar modal di Indonesia. "Artinya masih cukup banyak perusahaan yang mencari pendanaan di pasar modal untuk melakukan ekspansi," kata Hoesen di Gedung BEI, Jakarta, (24/6).

Direktur Utama Indopremier Securities Moleonoto mengungkapkan, pada dasarnya yang menjadi acuan dalam pelaksanaan IPO sebuah perusahaan adalah valuasi. Sebab, perusahaan harus menyesuaikan valuasi yang diinginkan oleh masyarakat atau publik, dengan valuasi yang ingin dilepas oleh perseroan.

Problem utama dalam valuasi ini, menurut Moleonoto adalah, emiten memiliki keterbatasan memenuhi valuasi yang diinginkan masyarakat. Dengan kondisi pasar yang tidak begitu menguntungkan ini, kata Moleonoto, publik tentu meminta tingkat valuasi yang murah.

"Selalu ada valuasi di market. Ujung-ujungnya valuasi harus menarik meski pasar dalam keadaan apapun. Dengan kondisi seperti sekarang ini, market tentu menginginkan valuasi yang murah, tapi emiten belum tentu mau. Ini tentu yang menjadi problem utamanya," kata Moleonoto.

Sementara itu, PT Eka Sari Lorena Transport yang termasuk sebagai daftar perusahaan yang menunda IPO menilai, penundaan IPO dilakukan karena belum memenuhi seluruh administrasi yang dipersyaratkan.

"Karena kami belum mendapat pernyataan efektif publikasi dari OJK (Otoritas Jasa Keuangan)," tukas Johanes Soetikno, Direktur Utama Valbury Asia Securities, selaku salah underwrtiter perhelatan ini.

Johanes menjelaskan, tertundanya pernyataan efektif lantaran masih ada kekurangan pada laporan keuangan tahun buku 2012 ESLT sebagai acuan IPO.

Maklum, ESLT belum berstatus perusahaan terbuka sehingga operator bus Lorena ini tidak wajib menggarap laporan keuangan berstandar PSAK yang mengatur tata cara penulisan kurs.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×