kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pasca IPO, ACST bidik pendapatan Rp 1 triliun


Senin, 24 Juni 2013 / 13:15 WIB
Pasca IPO, ACST bidik pendapatan Rp 1 triliun
ILUSTRASI. Seorang petugas memperlihatkan sejumlah produk logam mulia emas di gerai Pegadaian Galeri24, Jakarta. (KONTAN/Fransiskus Simbolon)


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Setelah resmi menjadi perusahaan publik, PT Acset Indonusa Tbk (ACST) optimistis mampu menorehkan kinerja yang lebih oke tahun ini. Hingga penutupan 2013 nanti, manajemen menargetkan pendapatan dan laba bersih masing-masing Rp 1 triliun dan Rp 90 miliar.

Sebagai gambaran, ACST membukukan pendapatan Rp 670 miliar, sementara laba bersihnya senilai Rp 53 miliar. Artinya, target pertumbuhan kedua pos tersebut masing-masing sebesar 49% dan 69%.

"Melihat posisi keuangan perusahaan saat ini, kami optimistis mampu merealisasikan target tersebut," tukas Agustinus Hambadi, Direktur Keuangan ACST, seusai kegiatan pencatatan saham ACST, Senin (24/6).

Pendapatan mengacu pada realisasi kontrak baru yang mencapai Rp 1 triliun pada Mei lalu. Adapun target kontrak baru hingga akhir tahun nanti sebesar Rp 1,5 triliun.

Lebih jauh Agustinus menjelaskan, ada sebelas kontrak proyek yang sedang digarap perusahaan. Sebelas proyek itu adalah St Regis, 18 Office Park, Sahid Life Style Yogyakarta, District 8 Diaphragm Wall, Bahana Office Tower, Tanjung Priok Access Road Section, Continental Tower, Alila Seminyak, TS Suites, New British Embassy, The Pakubuwono dan Setiabudi Sky Garden.

"Nilai kontrak sebelas proyek itu mencapai Rp 2,4 triliun. Untuk yang District 8, kami bekerjasama dengan Daewoo untuk membangun fondasi dan bagian atas gedung dengan nilai kontrak awal Rp 800 miliar," jelas Agustinus.

Demi memperlancar pekerjaan proyeknya itu, manajemen menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) Rp 60 miliar. Manajemen mengambil 12,5% dari perolehan duit segar  hasil IPO senilai Rp 375 miliar untuk pendanaan capex.

Capex ini bakal digunakan untuk membeli peralatan berat seperti crane, yang nantinya digunakan untuk proyek-proyek ACST kedepannya. Angka capex ACST tahun ini lebih besar dibanding tahun lalu yang masih di angka Rp 40 miliar.

Nah, sebesar 37,5% hasil IPO juga akan digunakan untuk membayar utang yang telah digunakan manajemen untuk membiayai capex tahun lalu.  "Jika semua target kami tercapai, maka kami janjikan pembagian dividen tahun depan," pungkas Agustinus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×