Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kini sudah waktunya bagi alternative coin (altcoin) bersinar. Periode peningkatan harga altcoin lebih tinggi dibandingkan Bitcoin (BTC) ini disebut dengan istilah Altseason.
Altseason biasanya ditandai dengan lonjakan drastis harga-harga altcoin secara hampir bersamaan. Di sisi lain, dominasi Bitcoin juga cenderung menurun karena pertumbuhan altcoin yang jauh lebih tinggi.
Trader Tokocrypto Fyqieh Fachrur mengindikasikan bahwa saat ini market tengah berada dalam periode Altseason. Hal itu mengingat kenaikan signifikan yang dialami oleh beberapa altcoin dibandingkan dengan Bitcoin.
Mengutip Coinmarketcap, Selasa (28/5) pukul 18.46 WIB, harga Bitcoin berada di posisi US$ 68.348 atau telah bertumbuh sekitar 7,76% dalam periode sebulan terakhir. Meskipun Bitcoin mampu bertumbuh, namun kenaikan jauh lebih signifikan terjadi pada altcoin.
Baca Juga: Bitcoin (BTC) Berpotensi Tutup Bulan Mei Dengan Tren Bullish, Pertama dalam 3 Tahun
Misalnya, Ethereum (ETH) telah naik sekitar 18,88% dalam sebulan terakhir ke posisi US$ 3.897 per Selasa (28/5). Selain itu, Solana (SOL) harganya sudah naik sekitar 19,67% dan PEPE sudah naik sekitar 125,70% dalam sebulan terakhir.
Fyqieh menambahkan, dari sisi dominasi kapitalisasi pasar, Bitcoin pun telah melemah sebesar 3,8%. Sehingga ini menandakan bahwa altcoin telah mengalami performa lebih baik daripada Bitcoin.
Menurut data TradingView, total kapitalisasi pasar altcoin saat ini mencapai sekitar US$ 1,16 triliun, menandai peningkatan 15% selama dua minggu terakhir. Lonjakan ini mendekati level resistensi yang terlihat pada pertengahan Maret ketika kapitalisasi pasar mencapai US$ 1,2 triliun.
“Ketika altcoin secara konsisten mengungguli Bitcoin, ini adalah tanda umum dari Altseason,” ujar Fyqieh saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (28/5).
Fyqieh menuturkan, altseason cenderung mengikuti pola aliran likuiditas yang berbeda. Biasanya terjadi dalam beberapa fase sebelum memasuki pasar.
Awalnya, pasar akan bergerak bullish yang mendorong pertumbuhan Bitcoin hingga berpotensi mengarah ke titik tertinggi baru sepanjang masa. Pada saat yang sama, dominasi Bitcoin mulai berkurang, menunjukkan potensi pergeseran ke arah altcoin.
Kemudian giliran Ethereum yang bersinar. Fyqieh bilang bahwa saat Bitcoin terkoreksi, Ethereum sering kali muncul sebagai yang terdepan, menunjukkan keuntungan yang mengesankan. Tren naik Ethereum mungkin bertepatan dengan fase konsolidasi Bitcoin.
Setelah itu, altcoin berkapitalisasi besar akan bersinar. Pada fase ini, perhatian investor dan aliran modal menuju altcoin yang sudah mapan, menghasilkan apresiasi harga yang signifikan.
Baca Juga: Prospek Pasar Kripto Masih Dibayangi Berbagai Tantangan di 2024
Fyqieh melanjutkan, fase selanjutnya adalah kegilaan pada altcoin kapitalisasi menengah ke rendah. Tahap terakhir ini menyaksikan pertumbuhan eksplosif dan peningkatan volatilitas pada altcoin berkapitalisasi menengah dan rendah dengan potensi pertumbuhan yang menjanjikan.
“Siklus Altseason bisa bervariasi, namun biasanya terjadi ketika ada pergeseran minat investor dari Bitcoin ke altcoin, sering kali setelah Bitcoin mencapai atau mendekati puncak siklusnya. Siklus ini bisa bertahan dari beberapa minggu hingga beberapa bulan, tergantung pada dinamika pasar dan sentimen investor,” jelas Fyqieh.
Menurut Fyqieh, pemicu utama Altseason biasanya melibatkan beberapa faktor, seperti peningkatan adopsi dan penggunaan aplikasi berbasis blockchain yang mendorong permintaan untuk altcoin tertentu.
Sebagai contoh, persetujuan ETF Ethereum spot di AS baru-baru ini merupakan salah satu faktor yang dapat mempercepat perkembangan ekosistem blockchain Ethereum, sehingga mendorong permintaan dan harga altcoin di ekosistem Ethereum.
Persetujuan Ethereum ETF dipandang sebagai katalis untuk potensi musim altcoin. Namun, karena proses pencatatan, dampak penuhnya mungkin tidak dapat dirasakan secara langsung dan mungkin memerlukan waktu berbulan-bulan untuk terwujud.
Fyqieh berujar, Altseason tentunya juga memiliki dampak signifikan bagi industri kripto. Dari sisi nilai transaksi, peningkatan aktivitas perdagangan altcoin dapat meningkatkan likuiditas pasar dan menarik lebih banyak investor baru.
Selain itu, Altseason sering kali mendorong inovasi teknologi, karena banyak proyek altcoin yang mengembangkan teknologi baru dan solusi inovatif untuk memanfaatkan momentum ini.
“Akibatnya, kita bisa melihat lebih banyak pengembangan proyek dan peningkatan adopsi teknologi blockchain yang lebih canggih,” pungkas Fyqieh.
Baca Juga: SEC AS Setujui 8 EFT Spot Ethereum, Begini Respons CEO Indodax
Research Analyst Reku dan Web3 Educator Michael Wyann menyampaikan bahwa secara historis, Bitcoin mengalami reli dalam rentang waktu antara 1-6 bulan setelah halving. Kemudian biasanya akan diikuti oleh munculnya Altcoin Season atau Altseason.
Selanjutnya, Altseason terjadi saat altcoin mencatatkan performa yang jauh lebih baik dibandingkan Bitcoin. Kemunculan altcoin dapat dilihat dari sejumlah indikator, seperti volume transaksi altcoin.
“Biasanya, setelah altcoin mengalami penurunan, akan kembali stabil dan pulih. Indikator selanjutnya adalah ketika momentum Bitcoin mulai melemah, serta optimisme investor terhadap Altseason,” jelas Michael dalam Reku Finance Flash, Selasa (28/5).
Oleh karena itu, Michael menyarankan investor perlu mengoptimalkan momentum dengan cermat di tengah potensi dan optimisme Altseason seperti saat ini. Sebelum kenaikan harga altcoin muncul, justru dapat menjadi peluang bagi investor untuk berinvestasi atau trading di harga yang lebih rendah.
Michael bilang, strategi yang bisa dilakukan untuk investor pemula dan konservatif antara lain dengan berinvestasi rutin atau Dollar Cost Averaging (DCA). Sebab timing the market bisa jadi akan lebih menantang.
“Dengan begitu, investor bisa berinvestasi pada nominal tertentu dan memberikan harga rata-rata menarik,” terangnya.
Namun tidak perlu khawatir, walaupun membeli di harga yang beragam. Michael berujar, khususnya bagi investor Reku tidak perlu menghitung secara manual untuk mengetahui estimasi laba/rugi, karena sudah tersedia secara otomatis di fitur Portfolio Analysis di Reku.
Baca Juga: Kolaborasi Bappebti dengan Exchange Kembangkan Ekosisten Kripto Lebih Positif
Sementara bagi traders, situasi menjelang Altseason dapat dimanfaatkan dengan menyusun strategi trading yang lebih agresif seperti day trading atau swing trading, guna memanfaatkan volatilitas untuk meraih keuntungan cepat.
Traders juga perlu memperhatikan analisis teknikal dan sentimen pasar yang dapat membantu dalam mengambil keputusan yang strategis. Traders juga dapat memposisikan portofolio kripto di dalam narasi yang tepat, sebab penting untuk mengikuti tren dan perkembangan terbaru di pasar.
“Ini demi memastikan bahwa alokasi aset para traders sudah sesuai dengan proyek dan koin yang memiliki potensi pertumbuhan di masa depan,” tutup Michael.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News