Reporter: Nadya Zahira | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar kripto baru-baru ini mengalami fase koreksi setelah market cap mencatat rekor tertinggi tahunan, melebihi US$ 2,73 triliun. Koreksi ini mengakibatkan penurunan signifikan pada harga Bitcoin (BRC) yang memicu spekulasi bearish di kalangan investor.
Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur mengatakan, harga Bitcoin telah berada di bawah tekanan jual yang signifikan sejak mencapai puncak sejarahnya. Setelah gagal mempertahankan level support di US$ 70.000, diperkirakan akan terjadi lebih banyak tekanan penjualan. Sehingga, volatilitas harga Bitcoin diprediksi akan meningkat, dengan potensi penurunan harga dalam waktu dekat.
Fyqieh mengatakan, meski Bitcoin mengalami konsolidasi dan volatilitas yang lebih rendah dalam waktu dekat, namun diprediksi masih akan bertahan di atas level support kunci US$ 60.000.
“Ini menandakan bahwa Bitcoin mungkin sedang bersiap untuk pergerakan selanjutnya,” ujar Fyqieh dalam risetnya, Senin (18/3).
Baca Juga: Harga Bitcoin Koreksi dari Level Tertinggi, Intip Prospek Harganya Hingga Akhir Tahun
Selain itu Fyqieh menuturkan, meski pasar saat ini cenderung bearish, akumulasi Bitcoin oleh investor menunjukkan bahwa masih ada kecenderungan bullish. Dengan kata lain, meskipun menghadapi sentimen pasar yang kurang menguntungkan, harga Bitcoin tetap berpotensi untuk mencapai US$ 80.000 selama fase bullish berikutnya.
Fyqieh mengatakan, hal tersebut didorong oleh permintaan dari institusi dan potensi kenaikan harga saat ini sebesar 9,4%. Tak hanya itu, berita tentang inflasi berkelanjutan di Amerika Serikat (AS) dan kekhawatiran akan meningkatnya utang nasional juga memincu kenaikan harga Bitcoin.
Kemudian, dia mengatakan, adanya rencana penurunan suku bunga Amerika Serikat (AS) juga cenderung mendorong investor untuk mencari aset berisiko yang berpotensi, termasuk kripto seperti Bitcoin.
Meski begitu, Fyqieh menyebut, investor saat ini tetap melarikan dananya dari Bitcoin ke altcoin, seperti koin meme dan token AI, karena harga BTC yang belum kembali bullish, sekaligus antisipasi konferensi Nvidia GTC 2024 pada 18-21 Maret 2024.
“Minggu ini juga menjadi penting bagi investor, dengan fokus utama pada keputusan Federal Open Market Committee (FOMC) dan pidato dari Ketua Fed, Jerome Powell, yang dijadwalkan pada Rabu (20/3), memberikan ketegangan pada pasar kripto,” kata Fyqieh.
Baca Juga: Harga Bitcoin Diprediksi akan Kembali Melonjak ke Level US$ 80.000
Fyqieh bilang, perdagangan di pasar kripto juga menjadi lebih hati-hati menjelang keputusan FOMC dan pidato Powell, dengan investor mempersiapkan diri menghadapi potensi volatilitas atau kondisi perdagangan yang tidak menentu.
Selain itu, berdasarkan CME FedWatch Tool, ada kemungkinan 98% bahwa Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga tetap, dengan hanya 2% peluang penurunan suku bunga. Setiap keputusan terkait penurunan suku bunga oleh The Fed kemungkinan membutuhkan waktu untuk diimplementasikan.
Untuk itu, Fyqieh menyarankan kepada para investor untuk sebaiknya tetap mengingat bahwa pasar kripto sangat spekulatif dan rentan terhadap perubahan sentimen yang kerap kali terjadi secara tiba-tiba.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News