Reporter: Nadya Zahira | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar kripto sideways dengan kecenderungan menurun dalam 24 jam terakhir. Harga Bitcoin (BTC), USD Tether (USDT), dan Binance (BNB) kompak turun. Meski begitu, Bitcoin (BTC) masih berada di level US$ 70.000.
Berdasarkan data dari Coinmarketcap, Minggu, (31/3) pukul 13.40 WIB, kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin turun 0,41% dalam 24 jam terakhir di level US$ 70.284 per koin atau setara Rp 1,11 miliar.
Hal serupa terjadi pada USDT yang juga turun 0,85% menjadi US$ 1,00 per koin atau setara Rp 15.883 per koin. Sedangkan Binance terkoreksi 0,80% dalam 24 jam dibanderol dengan harga US$ 605,4 per koin, atau setara Rp 9,6 juta.
Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur mengatakan, dalam beberapa hari terakhir ini Bitcoin dan kripto teratas memang sedang mengalami sideways atau stagnasi. Terlebih setelah Bitcoin kembali ke level support US$ 70.000, banyak investor yang mulai kurang bergairah untuk meramaikan pasar.
Baca Juga: Jumlah Investor Kripto di Indonesia Naik Jadi 19 Juta Hingga Februari 2024
Fyqieh mengatakan, harga Bitcoin naik sebentar dan merebut kembali level US$ 71.000 pada Selasa (26/3) sebelum akhirnya kembali mengalami tren penurunan. Menurutnya, data aliran pasar ETF BTC-spot berkontribusi pada kenaikan Bitcoin tersebut.
Namun, dia melihat bahwa iShares Bitcoin Trust (IBIT) jumlah arus masuk bersihnya lebih kecil dibandingkan dengan level historis, sehingga membatasi kenaikan BTC. Selain itu, arus keluar modal dan aktivitas on-chain juga lesu.
“Hal ini menunjukkan bahwa reli token yang luar biasa ini mungkin melambat. Terbukti dengan Grayscale Bitcoin Trust (GBTC) yang mengalami arus keluar bersih sebesar US$ 350,1 juta, naik dari US$ 169,9 juta (22 Maret). Peningkatan arus keluar ETF ini menjadi tanda selera investor yang mulai menurun,” kata Fyqieh kepada Kontan.co.id, Sabtu (30/3).
Kemudian, sentimen lainnya yang membuat pasar kripto sideways dengan kecenderungan menurun dalam 24 jam terakhir yaitu, karena dua pendiri kripto didakwa melanggar undang-undang anti pencucian uang oleh jaksa federal Amerika Serikat (AS) sehingga menjadi tekanan bagi pasar kripto.
“Hal ini membuat investor sementara waktu untuk wait and see dan melihat perkembangan lebih lanjut terlebih dahulu,” kata dia.
Sementara itu, Fyqieh menjelaskan sentimen yang membuat harga Bitcoin kembali rebound menyentuh US$ 70.000 yakni, karena likuidasi jangka pendek secara massal, menunjukkan bahwa tidak banyak pelaku pasar yang menggunakan leverage untuk bertaruh pada penurunan harga.
“Data on-chain menunjukkan bagaimana investor whale yang strategis memanfaatkan penurunan harga beberapa waktu lalu untuk memperoleh lebih banyak BTC, sehingga memicu lonjakan harga sebesar 8,3% dalam prosesnya,” imbuhnya.
Fyqieh mengatakan, sentimen lain yang membuat harga Bitcoin sempat mengalami kenaikan hingga menyentuh US$ 70.000 karena adanya momen halving Bitcoin ke-4, yang dijadwalkan pada tanggal 20 April 2024 mendatang, sehingga membuat para Investor strategis dalam mengambil langkah yang diperhitungkan untuk mendapatkan keuntungan dari potensi dampak harga dari halving BTC.
Baca Juga: Cara Exchange dan Komunitas Sambut Halving Day dan Altcoin Season
Namun, dia memprediksi harga Bitcoin kemungkinan akan menghadapi tekanan jual yang kuat di pekan depan. Dengan begitu, berpotensi menghilangkan peluang mencapai harga tertinggi baru sepanjang masa di atas US$ 75.000 atau setara dengan Rp 1,19 miliar.
“Meskipun, pembeli saat ini tampak memegang kendali setelah melakukan rebound akhir pekan sebesar 8%, penempatan posisi short dengan leverage di pasar derivatif menunjukkan bahwa menembus di atas US$ 70.000 bisa menjadi hal yang sulit,” imbuhnya.
Kendati begitu di sisi lain, jika pasar mengambil arah positif dan BTC menembus di atas US$ 70.000, kenaikan akan menghadapi resistensi minimal dalam perjalanan menuju US$ 75.000.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News