Reporter: Nadya Zahira | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka unggul di sejumlah lembaga dalam perhitungan cepat alias quick count.
Hasil quick count Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 menyatakan Prabowo-Gibran jauh lebih unggul dari Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Dengan data tersebut, diperkirakan Prabowo-Gibran menjadi pemenang Pilpres 2024.
Berdasarkan Litbang Kompas pukul 21.21 WIB, Rabu (14/2), dari 88,45% data yang masuk, pasangan Anies-Muhaimin mendapatkan 25,10% suara. Pasangan Prabowo-Gibran mendapatkan 58,73% suara. Kemudian, pasangan Ganjar-Mahfud mengantongi 16,17% suara.
Baca Juga: Menelisik Korelasi Antara Pemilu 2024 dan Dinamika Harga Bitcoin
Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrul mengatakan, keunggulan Prabowo di quick count menjadi salah satu sentimen positif untuk pasar kripto. Pasalnya, mengamati dinamika pasar saham domestik, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami lonjakan pasca Pemilu 2024, yang artinya merespons positif terhadap hasil hitung cepat tersebut.
“Sehingga hal itu dapat menjadi indikator optimis bagi pasar kripto lokal. Seringkali, tren di pasar saham dapat menjadi cerminan bagi pergerakan pasar kripto, menunjukkan kemungkinan adanya momentum positif di lingkup kripto domestik,” ujar Fyqieh kepada Kontan.co.id, Jumat (16/2).
Tak hanya itu, Fyqieh menyebutkan bahwa isu-isu terkait regulasi yang mungkin muncul pasca-pemilu, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, juga dapat mempengaruhi pergerakan harga aset kripto. Di mana pelaku pasar cenderung menahan diri dan menunggu kejelasan terkait regulasi sebelum melakukan keputusan investasi yang besar, termasuk momen Pemilu 2024.
Oleh sebab itu, dia menyarankan kepada para investor kripto dan pelaku pasar untuk tetap waspada terhadap dinamika politik dan regulasi yang mungkin berdampak pada pasar kripto, serta selalu membuat keputusan investasi berdasarkan analisis yang teliti dan strategi yang matang.
“Dengan begitu diharapkan ke depannya, pasar kripto akan terus berkembang dan maju,” kata dia.
Dia menjelaskan, perkembangan harga Bitcoin sejauh ini telah meningkatkan kepercayaan investor dan secara luas ditafsirkan sebagai pertanda siklus bullish baru. Menurut dia, masuknya modal besar ke dalam Bitcoin (BTC) melalui ETF menggarisbawahi meningkatnya minat institusional dan dianggap sebagai pendorong mendasar dinamika harga saat ini.
“Berkat tren pembelian yang luar biasa tinggi di kalangan investor institusi, harga BTC melewati angka $52.000 untuk pertama kalinya sejak tahun 2021, menjadikan kenaikan bulanannya menjadi 20%,” jelas Fyqieh.
Lebih lanjut, dia menyebutkan bahwa harga Bitcoin telah menghasilkan kenaikan masing-masing 1,3%, 3,03%, 1,13%, dan 1,9% dalam empat hari pasca Pemilu. Selain itu, harga BTC juga menguat 3,66% hingga mencapai puncaknya pada $52,040 dalam jangka waktu harian dimulai sejak 14 Februari 2024.
Baca Juga: Bitcoin Halving Diprediksi akan Membuat Harga Naik Mencapai US$59.000 pada Akhir 2024
Tak hanya Pemilu, sentimen positif lainnya yang dapat membuat pasar kripto prospektif yakni adanya momen halving yang semakin dekat untuk meningkatkan euforia pembelian BTC, sehingga meningkatkan harga secara signifikan.
“Secara historis, Bitcoin telah mengalami reli besar ke level tertinggi baru di bulan-bulan berikutnya,” kata dia.
Dia menilai, peristiwa halving yang akan datang nantinya, diprediksi semakin mengurangi pasokan. Jika halving berikutnya mengikuti pola yang sama, diharapkan pertumbuhan harga Bitcoin bisa terus berlanjut selama beberapa bulan ke depan.
“Kami yakin bahwa Bitcoin memiliki potensi untuk mencapai kisaran harga antara $54.000 hingga $58.000 sebelum halving. Jika ada momentum yang baik dari sisi makroekonomi, harga Bitcoin bisa membawanya lebih tinggi lagi,” tandas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News