kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45907,02   3,68   0.41%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar dinamis, reksadana campuran bisa jadi pilihan menarik


Senin, 14 Oktober 2019 / 09:46 WIB
Pasar dinamis, reksadana campuran bisa jadi pilihan menarik


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

Ditambah lagi, pasar saat ini tengah khawatir terhadap risiko krisis, alhasil reksadana campuran jadi produk yang fleksibel dan sesuai dengan ekspektasi pasar. Yulius memperkirakan tren suku bunga tahun depan cenderung masih akan turun, baik dari domestik maupun eksternal. Saat kondisi tersebut benar terjadi maka investasi obligasi akan diuntungkan.

Di sisi lain, Yulius menjelaskan bahwa level indeks saham Tanah Air sudah terdiskon dari price earning ratio (PER) 15 kali menjadi 14 kali. Jika ada sentimen positif dari negosiasi dagang, maka dampak ke pergerakan saham juga ikut positif, ditambah lagi dari sisi valuasi saham Indonesia secara historikal sudah lebih murah.

Baca Juga: Cari pinjaman tanpa agunan, bisa lewat Bukalapak

Memperhitungkan kondisi ke depan, jika manajer investasi membagi bobot investasi 50% di obligasi dan 50% di saham, maka potensi return untuk reksadana campuran berada di kisaran 6%-10% berdasarkan asumsi pesimistis. Jika optimistis, maka kisaran return reksadana campuran berada di 6%-12%.

Asumsi tersebut didapat dari asumsi suku bunga acuan masih akan turun 0,50% di tahun depan dan mampu mendorong return obligasi sekitar 3,5% hingga 5%. Sedangkan untuk saham, asumsinya laba akan tumbuh sekitar 7% hingga 8%. Alhasil, return yang bisa diperoleh berkisar 3% hingga 4%.

Adapun risiko dan sentimen yang menjadi perhatian bagi pergerakan reksadana campuran ke depan yakni perkembangan isu perang dagang antara AS dengan China. Namun, tak kalah penting yakni perkembangan isu domestik, khususnya pembentukan kabinet kerja pemerintah yang baru.

"Kita menanti apakan kebijakan ekonomi nantinya akan lebih pro pada pengetatan moneter atau pelonggaran moneter. Ini karena, akan menentukan seberapa cepat pertumbuhan ekonomi ke depan," jelas Yulius.

Baca Juga: IHSG menguat 0,71% di awal perdagangan Senin (14/10)

Apabila kebijakan pemerintah mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi, maka investasi saham akan lebih menarik. Sebaliknya, jika ekonomi diperlambat, maka obligasi jadi pilihan investasi yang lebih menarik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×