Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dolar Amerika Serikat (AS) baru-baru ini didorong oleh data terbaru dari angka penjualan ritel yang melonjak 0,7% di bulan Agustus, dari bulan sebelumnya yang minus 1,8%.
Nanang Wahyudin dari Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures menilai, data tersebut mendorong dolar AS, ia juga menambahkan kalau indeks manufaktur dari Federal bagian Philadelphia yang bertambah 30,7 di September dari sebelumnya 19,4.
“Dengan membaiknya data tersebut kembali meningkatkan perburuan dolar oleh investor dimana sebelumnya dikecewakan oleh data ketenagakerjaan dan perlambatan pada laju inflasi,” ujar Nanang kepada Kontan, Jumat (17/6).
Saat ini, investor dinilai Nanang menantikan dan melihat perkembangan apakah data akan berdampak pada keputusan the Fed di pekan depan. Menurutnya, asumsi yang muncul adalah 50 : 50, dovish dan hawkish.
Baca Juga: Berikut sentimen yang mempengaruhi pergerakan rupiah dalam sepekan ini
Menurutnya, dovish ketika the Fed tidak menentukan atau membahas tapering saat pertemuan di bulan ini, hal ini akan melemahkan kembali dolar AS.
“Fed malah akan mengumumkan kebijakan tersebut pada pertemuan di November dengan mempertimbangkan data terbaru dari ketenagakerjaan dan core PCE price index yang terpublikasi di bulan Oktober,” tambahnya.
Sedangkan, untuk hawkish terjadi ketika The Fed dalam pertemuan nanti langsung mengambil keputusan pengurangan pembelian aset US$ 120 miliar per bulan dalam waktu dekat, atau dengan kata lain waktu sudah di pastikan.
“Keputusan ini dapat membawa dolar melonjak terhadap rivalitasnya, begitu pun harga komoditas dan saham akan terkena dampak pelemahan,” katanya.
Selain itu, Nanang menaksir, arah dolar akan ditentukan dalam rapat kebijakan Fed bulan ini atau di November. Dalam hitungan Nanang, ketika sikap Fed masih dovish dalam pertemuan pekan depan, maka pergerakan akan masih sama dengan apa yang terjadi di awal bulan ini, di mana indeks dolar AS berada di rentang 91,80 - 93,00.
Baca Juga: Perkasa, rupiah spot ditutup menguat ke Rp 14.223 per dolar AS pada hari ini (17/9)
Sebaliknya, apabila sikap hawkish dengan sinyal tapering segera dilakukan pada bulan November, menurutnya dolar pun akan bergerak menguat di atas 93,50.
Pasangan dolar AS yang menarik dalam kondisi saat ini pandangan Nanang adalah EUR/USD dan GBP/USD. “EUR/USD dan GBP/USD akan menjadi pair yg aktraktif karena ruang kenaikan suku bunga kedua bank sentral dari mata uang tersebut akan lebih dulu dilakukan, sedangkan Fed masih pada peengurangan pembelian aset,” imbuhnya.
Apabila sudah ada kepastian dari The Fed mengenai tapering, Nanang meramal, potensi penguatan dolar akan berlangsung hingga akhir tahun. Karena di awal tahun akan muncul potensi yang terjadi dari beberapa bank sentral utama dunia yang siap melakukan pengetatan moneter dengan menaikkan suku bunga acuan di kuartal pertama tahun depan.
Nanang memperkirakan pasangan EUR/USD akan bergerak dalam range EUR 1,1650 per dolar AS - EUR 1,1900 per dolar AS di akhir tahun. Sedangkan GBP/USD diperkirakan pada rentan harga GBP 1.3680 per dolar AS - GBP 1.4000 per dolar AS. Sedangkan indeks dolar diperkirakan berada di kisaran 92,00 - 94,00.
Selanjutnya: Harga emas tertekan perbaikan penjualan retail AS
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News