kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Paruh Pertama 2008, Kinerja INCO Melorot Tajam


Kamis, 07 Agustus 2008 / 16:10 WIB


Reporter: Nuria Bonita | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Rupanya, tahun 2008 merupakan tahun yang berat bagi PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO). Pasalnya, perusahaan pertambangan nikel ini tak mampu membukukan kinerja yang gemilang pada semester I-2008.

Tengok saja kinerja INCO pada semester I 2008. Pendapatan INCO anjlok tajam 37,26% menjadi US$ 819 juta. Demikian pula halnya dengan laba bersih INCO yang merosot 58,27% menjadi US$ 295,6  juta pada paruh pertama 2008. Hal ini cukup ironis, mengingat, INCO mencatatkan laba bersih sebesar US$ 707 juta pada semester I-2007.

Langkah INCO pada triwulan II memang terasa berat. Buktinya, jika dibandingkan secara kuartalan, pendapatan INCO pada kuartal II 2008 anjlok 48,8% menjadi US$ 439, 2 juta. Sedangkan laba bersih INCO pada triwulan II melorot 67,44% menjadi US$ 156 juta saja.

Rendahnya pendapatan tersebut juga dipicu dari penurunan produksi nikel INCO. Pada paruh pertama tahun ini, produksi nikel INCO turun 4,8 % menjadi 37.151 metrik ton. Bahkan jika dibandingkan tahun lalu, produksi nikel INCO pada kuartal II 2008 melorot 19,25%. Nah, pada kuartal II 2008, perusahaan tersebut hanya mampu memproduksi sekitar 17.015 metrik ton. Itu artinya, terjadi kemerosotan produksi mencapai 23,8% dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai 21.072 metrik ton.

Presiden Direktur INCO, Arif Siregar mengatakan, rendahnya produksi perusahaan tersebut disebabkan adanya penundaan jadwal pemeliharaan peralatan dari triwulan I ke triwulan II 2008. "Kami juga harus memperbaiki satu tanur pereduksi karena kerusakan pada bullgear spring dan kerusakan pada salah satu tanur listrik," katanya. Ini mengurangi produksi nikel INCO setidaknya 1.800 metrik ton.

Investor Relations INCO Indra Ginting mengungkapkan, turunnya kinerja INCO dikarenakan anjloknya harga jual rata-rata nikel. Maklum, harga jual rata-rata nikel INCO hanya US$ 21.860 per metrik ton pada 2008. Padahal setahun lalu, harga jual rata-rata nikel mencapai US$ 34.919 per metrik ton. "Harga nikel di 2007 memang di luar kewajaran. Tapi, harga nikel tahun ini masih lebih baik dibanding 2006 lalu," katanya.

Yang pasti, kenaikan harga minyak dunia juga membuat ongkos produksi INCO kian membengkak. Bahkan, biaya produksi tunai per unit pada triwulan II-2008 naik 36,7% menjadi US$9.934 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×