kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.923.000   8.000   0,42%
  • USD/IDR 16.327   -104,00   -0,63%
  • IDX 7.168   25,36   0,36%
  • KOMPAS100 1.044   3,82   0,37%
  • LQ45 815   2,78   0,34%
  • ISSI 225   0,98   0,44%
  • IDX30 426   2,15   0,51%
  • IDXHIDIV20 505   1,90   0,38%
  • IDX80 118   0,41   0,35%
  • IDXV30 119   0,33   0,28%
  • IDXQ30 139   0,29   0,21%

Pabrik Pengolahan Briket Batubara Bayan Beroperasi


Rabu, 05 Agustus 2009 / 06:47 WIB
Pabrik Pengolahan Briket Batubara Bayan Beroperasi


Sumber: KONTAN | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. PT Bayan Resources Tbk (BYAN) telah merampungkan pembangunan pabrik pengolahan briket batubara baru sejak Juni lalu. Pabrik yang merupakan usaha patungan dengan White Energy Australia itu pun sudah mulai beroperasi pada Juli 2009, meski belum mencapai kapasitas produksi maksimal.

Sekretaris Perusahaan BYAN Jenny Quantero mengatakan, pabrik pengolahan briket yang berlokasi di Kalimantan Timur ini sudah mulai beroperasi sejak awal kuartal ketiga 2009 ini. "Sejak Juli sudah beroperasi, sekarang sedang dalam masa percobaan dan mengondisikan mesin-mesinnya," ujarnya kepada KONTAN, kemarin (4/8).

Hingga akhir tahun ini, Jenny menargetkan pabrik pengolahan briket BYAN bisa menghasilkan sekitar 200.000-300.000 ton briket batubara. Tapi, belum jelas potensi pendapatan dari pabrik briket tersebut. "Kami belum menghitung," kata Jenny.

BYAN menghabiskan dana US$ 68 juta untuk membangun pabrik briket tersebut. Pabrik itu memiliki kapasitas produksi satu juta ton per tahun. Dalam jangka panjang, BYAN akan meningkatkan kapasitas produksi briket menjadi 15 juta ton per tahun. BYAN akan melempar sebagian besar briket batubara ke pasar ekspor.

Sebelumnya, Direktur Utama BYAN Eddie W.F Chin menyatakan, pabrik briket batubara ini adalah pabrik pertama di Indonesia yang menghasilkan briket berdebu rendah dan memiliki kalori tinggi meski berbahan baku batubara berkalori rendah. Batubara dengan nilai kalori 4.200 kilo kalori (kkal) bisa menghasilkan briket berkalori 6.100 kkal.

Hingga akhir tahun, Jenny menyatakan BYAN tidak akan mengubah target pendapatannya. Tahun ini, BYAN mematok pendapatan Rp 6,5 triliun , atau naik 32,65% ketimbang pencapaian tahun 2008 yang sebesar Rp 4,9 triliun.

Kenaikan harga jual batubara belakangan ini tidak banyak berpengaruh pada penjualan batubara BYAN. Sebab, 70% harga batubara BYAN sudah berdasarkan kontrak. "Dari 70% itu sebagian besar kontraknya tetap, hanya sedikit kontrak yang bisa direvisi menyesuaikan harga pasar," tambah Jenny.

Analis Kresna Graha Sekuritas Nuvrial Prakarsa mengamati, prospek kinerja Bayan akan bertambah baik dengan pengoperasian pabrik pengolahan briket batubara. Ia meramal, pada 2009, penjualan briket bisa menyumbang sekitar 5%-10% pendapatan. "Pasar Eropa masih bagus, karena mereka memakai briket untuk konsumsi rumah tangga," ungkapnya.

Selain Eropa, permintaan batubara untuk Jepang, Taiwan dan Korea juga masih tinggi. Nuvrial memperkirakan, tahun ini BYAN mampu membukukan pendapatan
Rp 6 triliun dengan laba bersih sekitar Rp 350 miliar.

Pada penutupan bursa saham kemarin, harga saham BYAN berada di level Rp 5.450 per saham, turun 0,91% dari penutupan Senin (3/8).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×