Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Industri nikel menghadapi tantangan yang cukup serius dengan penurunan harga jual seiring berlimpahnya stok global. PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) berpotensi turut kena dampaknya.
Sejak awal tahun, harga nikel global sudah turun tajam dengan rata-rata mencapai US$ 15.645 per ton. Secara tahunan (yoy), harga nikel sudah turun hingga kisaran 8,1%.
Analis Ajaib Sekuritas Asia Rizal Rafly menilai, harga komoditas nikel memang terbebani pergerakan dolar Amerika Serikat (AS) yang volatil di tengah ketidakpastian situasi dagang global sejak awal tahun.
Apalagi, persediaan London Metal Exchange (LME), bursa logam terbesar di dunia, juga masih berlimpah. Jumlah pasokan yang berlimpah dikhawatirkan tak terserap dengan maksimal, sehingga harga mau tak mau terdorong turun.
Rizal malah memprediksi harga rata-rata nikel LME masih bakal lanjut melemah. “Bisa ke level US$ 15.600 per ton pada akhir 2025,” sebutnya dalam riset 28 Mei 2025.
Baca Juga: Bisnis EV Belum Berdampak ke Kinerja, Begini Rekomendasi Saham Vale Indonesia (INCO)
Namun begitu, Rizal bilang, penyerapan stok nikel masih memiliki harapan dari konsumsi China sebagai konsumen dominan dengan penyerapan sekitar 60%. Tentunya, ini menjadi salah satu katalis positif bagi INCO.
“Pemulihan harga nikel untuk jangka pendek sangat bergantung pada kebangkitan sektor baja tahan karat dan mobil listrik (EV), serta arah kebijakan global yang lebih jelas,” katanya.
Namun, Rizal memandang optimis upaya Indonesia sebagai salah satu produsen nikel terbesar dunia untuk turut serta dalam upaya menjaga keseimbangan supply dan demand nikel dengan memotong produksi hingga 40%.
Di sisi lain, Analis Phintraco Sekuritas, Lisya Anxellin dan Valdy Kurniawan menyebut INCO sendiri sudah bertahan dengan baik di tengah kondisi pelemahan harga nikel.
“Meskipun harga nikel di LME melemah dan memengaruhi harga jual rata-rata, INCO berhasil menerapkan langkah-langkah pengendalian biaya yang signifikan pada kuartal I-2025,” sebut Lisya dan Valdy dalam riset 16 Mei 2025.
Alhasil, lanjut Lisya dan Valdy, INCO mampu mampu menurunkan biaya tunai sebesar 5,31% secara kuartalan (qoq) menjadi US$ 8.501 per ton.
Fluktuasi harga nikel ke depannya tetap bakal menjadi sentimen utama yang perlu diperhatikan, menurut Lisya dan Valdy. Namun, Phintraco Sekuritas masih merekomendasikan buy untuk saham INCO, dengan target harga akhir tahun di level Rp 3.560 per saham.
Sama, Ajaib Sekuritas merekomendasikan buy untuk saham INCO, dengan target harga akhir tahun di level Rp 4.000 per saham.
Baca Juga: INCO Tancap Gas dengan Proyek-proyek Baru, Simak Rekomendasi Sahamnya
Selanjutnya: HUT Jakarta ke-498, Pemprov Bakal Gratiskan Transportasi Umum dan Denda Pajak Daerah
Menarik Dibaca: Incar Dividen dari Big Caps? Kesempatan Beli PGEO, MEDC dan UNVR sampai 13 Juni 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News