kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Outflow di Pasar Obligasi Diproyeksikan Berlanjut, Ini Penyebabnya


Kamis, 27 Januari 2022 / 18:00 WIB
Outflow di Pasar Obligasi Diproyeksikan Berlanjut, Ini Penyebabnya
ILUSTRASI. Capital outflow terus berlanjut di pasar obligasi


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun 2022 berjalan, investor asing terlihat masih keluar dari pasar obligasi dalam negeri. Tercatat, kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 890,1 triliun atau 19,07% dari keseluruhan investor.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan Risiko (DJPPR), kepemilikan asing di SBN tersebut telah turun Rp 3,59 triliun hingga 25 Januari 2022.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto menjelaskan, investor asing sudah keluar dari SBN secara bertahap sejak tahun lalu. Menurutnya, hal ini merupakan sesuatu yang wajar mengingat para bank sentral global mulai berencana menaikkan suku bunga acuan.

“The Fed sudah konfirmasi akan menaikkan suku bunga acuan setidaknya 3-4 kali mulai Maret mendatang. Dengan kondisi pasar obligasi AS yang membaik, ini memicu keluarnya dana-dana global di emerging market ke Amerika Serikat (AS),” ujar Ramdhan kepada Kontan.co.id, Kamis (27/1).

Baca Juga: Meneropong Potensi Pasar Obligasi di Tengah Kenaikan Imbal Hasil US Treasury

Senada, Senior Economist Samuel Sekuritas Fikri C Permana mengungkapkan, tren outflow di pasar SBN masih akan berlanjut seiring dengan ekspektasi kenaikan suku bunga acuan global maupun suku bunga Bank Indonesia 7 Day Repo Rate. Menurutnya, sikap risk averse investor global ini bisa berlangsung sepanjang semester I-2022.

Lebih lanjut, Fikri meyakini selama yield US Treasury dan yield SBN mengalami kenaikan, outflow masih akan terus terjadi. Kendati begitu, ia optimistis keluarnya dana asing di SBN pada tahun ini tidak akan sebesar seperti 2021 silam.

Salah satu faktor pendorongnya adalah adanya kemungkinan lift off yang akan diambil The Fed. Hal ini dapat membuat jumlah uang yang beredar di Amerika Serikat semakin banyak yang pada akhirnya membuat indeks dolar AS kembali melemah. Ketika ini terjadi, diperkirakan pergerakan rupiah akan kembali stabil.

“Pada saat bersamaan, akan terjadi normalisasi yield SBN dan kembali ke level sebelum sentimen tapering. Kemungkinan besar, investor asing baru akan mulai kembali masuk ke SBN ketika hal ini terjadi,” imbuh Fikri.

Dengan mengasumsikan kenaikan Fed Rate terjadi di kuartal pertama dan kuartal kedua tahun 2022, Fikri memperkirakan investor asing akan perlahan masuk ke SBN pada paruh kedua tahun ini. Lalu seiring masuknya investor asing ke SBN, diharapkan yield SBN dapat terus menguat dan membuat pasar obligasi semakin atraktif.

Ramdhan menambahkan, ketika pasar global stabil, investor asing yang sempat keluar pasti akan kembali masuk ke Indonesia. Terlebih lagi, Indonesia punya yield yang cukup atraktif dibanding peers serta punya fundamental kuat.

Seperti berkurangnya target penerbitan SBN di 2022 yang membuat supply lebih terbatas, lalu . rencana pemerintah untuk menekan defisit anggaran di bawah 3% sehingga mengurangi tekanan pembiayaan dan penerbitan SBN ke depannya, serta masih berlanjutnya skema burden sharing.

“Tapi di luar itu semua, pasar domestik yang ditunjang oleh perbankan, mutual fund, dana pensiun, dan asuransi juga sangat solid. Dengan likuiditas yang masih berlimpah, keluarnya investor asing ke depan tidak akan berpengaruh banyak,” jelas Ramdhan.

Baca Juga: Meski Minat di Lelang Sukuk Negara Turun Akibat FOMC, Yield Masih Naik

Fikri juga menilai kondisi pasar SBN dalam negeri yang baik membuat keberadaan investor asing tidak terlalu signifikan. Menurutnya, masuknya investor asing pada paruh kedua nanti lebih akan mendorong terjadinya stabilitas untuk jangka pendek.

“Sejauh ini, investor domestik juga tidak serta merta melepaskan kepemilikan SBN, hanya sebatas repositioning. Beralih dari tenor pendek ke tenor yang lebih panjang, untuk kemudian nanti balik lagi ke jangka pendek ketika suku bunga sudah naik dan pasar lebih stabil,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×