Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - Kepemilikan asing pada Surat Berharga Nasional (SBN) sempat menciut dipicu ketegangan geopolitik Amerika Serikat dan Korea Utara serta adanya sejumlah obligasi yang jatuh tempo. Namun, penurunan dana asing ini dinilai justru menjadi momentum investor untuk menabung lebih banyak SBN.
Mengacu pada data Direktorat jenderal Pengelolaan dan Pembiayaan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, Senin (14/8), kepemilikan asing di SBN sejumlah Rp 781,56 triliun. Jumlah tersebut turun dibandingkan Kamis (10/8) lalu yang mencapai Rp 783,61 triliun.
Analis Fixed Income MNC Securities I Made Adi Saputra menilia, ketegangan geopolitik menyebabkan investor melarikan aset mereka pada sektor pasar yang lebih aman. Namun, posisi Indonesia yang tidak memiliki banyak relasi dengan Korea Utara seharusnya tidak terpengaruh untuk jangka panjang.
"Kita banyak berhubungan dengan Jepang, China dan Korea Selatan, bila pecah perang baru menjadi momentum besar," jelas Made.
Namun, Made melihat kemungkinan perang sangat kecil lantaran aksi diplomasi dan negosiasi jauh lebih memungkinkan. Namun pasar terlanjur melihat ketegangan ini sebagai sentimen negatif dan mulai memindahkan aset. Pergerakan di pasar sekunder juga turun, namun hanya aksi pemanfaatan semata.
"Ini hanya investor yang memanfaatkan ketegangan untuk aksi profit taking karena sejak akhir Juli harga sudah naik," jelas Made.
Menurutnya, momentum koreksi yang disebabkan panasnya politik seharusnya dimanfaatkan untuk membeli obligasi. Pasalnya data ekonomi Indonesia masih baik dibanding negara lain. Secara domestik, investor tetap akan mendapat cuan apabila menanam modal di Indonesia.
Namun demikian, jika dibandingkan dengan sektor safe haven, Indonesia sebagai emerging market belum bisa bersaing banyak. Pasalnya investor global tetap akan memilih aset yang risikonya lebih rendah.
Momentum koreksi ini sebenarnya pantas digunakan investor untuk melakukan aksi beli SUN pada harga murah. Made menjelaskan, instrumen SBN ini harus dimanfaatkan investor domestik, karena ini menjadi pilihan yang lebih aman daripada deposito dan saham.
"Kita malah diuntungkan karena investor masih akan melihat peluang kita, saat ada koreksi, asing juga akan melihat ini peluang untuk masuk lagi untuk mendapatkan yield yang lebih bagus," jelas Made.
Made melihat, SUN tenor 10 tahun memiliki kinerja yang mumpuni dengan target yield akhir tahun di kisaran 6,95%-7,15%. Menurutnya, kondisi saat ini menyebabkan harga surat utang tersebut relatif mahal dan menyarankan seri FR0070, FR0068 dan seri FR0058 yang menawarkan yield lebih bagus dari seri FR0059.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News