kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Dana asing di SBN diproyeksi tumbuh 40%


Senin, 14 Agustus 2017 / 20:34 WIB
Dana asing di SBN diproyeksi tumbuh 40%


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - Meskipun dana asing di surat berharga negara (SBN) pada Jumat (11/8) lalu keluar senilai Rp 1,87 triliun, namun secara tahun berjalan alias year to date (ytd) kepemilikan asing masih tumbuh. 

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementrian Keuangan per 11 Agustus 2017, asing masih mencatatkan kepemilikan sebesar Rp 781,74 triliun, atau tumbuh 17,01% secara ytd. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dana asing di SBN juga masih tumbuh 17,28%.

Anil Kumar Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia menyatakan, penurunan itu kebanyakan disebabkan sejumlah surat utang yang jatuh tempo akhir-akhir ini. "Kalau kita lihat dari obligasi kepemilikan total, SUN turun Rp 5 triliun, dan total menjadi Rp 1,98 triliun," kata Anil, Senin (14/8).

Menurutnya, terdapat sejumlah surat utang yang jatuh tempo akhir-akhir ini dan dapat menjadi alasan penurunan nilai SUN secara keseluruhan, yakni seri FR0067 yang jatuh tempo pada 1 Juni 2017, dan seri FR0028 jatuh tempo pada 15 Jul 2017.

Dari sisi global, Anil melihat potensi permasalahan geopolitik yang dipicu Korea Utara dan Amerika Serikat dapat berimbas sentimen negatif asing pada surat utang Indonesia. Pasalnya, investor akan memilih aset dari negara safe haven.

Namun, sentimen tersebut dinilai hanya bersifat jangka pendek, karena Indonesia termasuk dalam pasar emerging market yang kian mendaki. "Kalau dibandingkan negara emerging market lain, rupiah harusnya terapresiasi karena mata uang yang lain juga menguat," jelas Anil.

Tak hanya itu, ekspor Indonesia yang tak terlalu besar seharusnya tidak ikut terpengaruh sentimen geopolitik ancaman rudal Korea Utara. Menurutnya, cadangan devisa Bank Indonesia yang meningkat dapat menguatkan apresiasi rupiah terhadap valuta asing.

Sebagai informasi, Bank Indonesia mencatat posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juli 2017 sebesar US$ 127,76 miliar atau meningkat 3,38% dibandingkan akhir Juni sebesar US$ 123,09 miliar. Posisi ini menjadi cadangan devisa tertinggi Indonesia sepanjang masa.

Hingga akhir tahun ini, Anil melihat pertumbuhan SBN yang dimiliki asing dapat bertumbuh dalam kisaran 39% hingga 40%.

Anil menyarankan investor melakukan aksi beli, karena SUN berjangka panjang akan menguntungkan. Pasalnya, imbal hasil seharusnya menurun karena valuasi yang murah. Hal tersebut juga didukung dengan inflasi domestik yang mengarah pada level yang relatif rendah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×