Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Dolar Amerika Serikat (AS) melemah terhadap euro pada Selasa (14/1), tetapi masih berada di dekat level tertingginya dalam lebih dari dua tahun.
Hal ini terjadi setelah data inflasi produsen pertama minggu ini memberikan sedikit kejelasan tentang kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh The Fed.
Data indeks harga produsen (PPI) yang lebih rendah dari perkiraan pada Desember, menyusul laporan tenaga kerja yang kuat pekan lalu, membuat investor mengurangi ekspektasi terkait pemangkasan suku bunga.
Sementara itu, ancaman tarif AS tetap menjadi perhatian utama.
Baca Juga: Masih Dibayangi Tekanan Perang Dagang, Begini Proyeksi Posisi Rupiah Akhir Kuartal I
Investor memantau data ekonomi dengan cermat untuk menilai apakah data tersebut mendukung sikap hati-hati The Fed terkait kebijakan suku bunga.
Fokus kini beralih ke laporan Indeks Harga Konsumen (CPI) yang dijadwalkan dirilis pada Rabu.
"Kami telah menerima cetak inflasi pertama melalui PPI pagi ini, dan sejauh ini pasar tampak kurang terkesan dengan hasil yang lebih rendah," kata Helen Given, Associate Director of Trading di Monex USA, Washington DC.
"Meskipun ini jelas merupakan hasil yang lebih baik dari yang diharapkan sebagian besar pedagang, dolar sekarang kembali ke level pembukaannya."
Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga
Pedagang kini memperkirakan pemangkasan suku bunga pertama pada September, namun tidak sebesar 50 basis poin seperti yang diproyeksikanThe Fed pada Desember.
Dengan Presiden terpilih Donald Trump akan kembali ke Gedung Putih pekan depan, fokus bergeser ke kebijakan ekonominya yang diharapkan akan mendorong pertumbuhan dan tekanan harga.
Baca Juga: Awal Tahun 2025 Rupiah Alami Tekanan, Bagaimana Prospek ke Depan?
Ancaman tarif, bersama dengan sedikitnya pemangkasan suku bunga yang diantisipasi, telah meningkatkan hasil Treasury dan mendukung penguatan dolar.
Namun, fokus pasar pada Selasa kembali ke kemungkinan bahwa tarif AS akan dinaikkan secara bertahap, setelah laporan media baru menunjukkan pendekatan yang lebih terukur.
Scott Bessent, calon Menteri Keuangan pilihan Trump, diperkirakan akan membatasi defisit AS dan menggunakan tarif sebagai alat negosiasi, mengurangi dampak inflasi dari kebijakan ekonomi AS.