Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
Brad Bechtel, Kepala Global FX di Jefferies mengatakan bahwa data ekonomi hanya memberikan sebagian gambaran, dengan kebijakan Trump menjadi faktor yang lebih dominan.
"Saya ragu pasar benar-benar akan melakukan repricing hanya berdasarkan satu laporan CPI besok," ujarnya.
"Semua mata akan tertuju pada Trump dan pemerintahan barunya. CPI jelas penting, tetapi satu data saja tidak akan mengubah banyak hal."
Baca Juga: Ini Sentimen yang Menggerakkan Pasar Keuangan di Awal Tahun 2025
Kinerja Mata Uang Utama
Indeks dolar, yang mengukur nilai tukar dolar AS terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,04% ke 109,37, sedikit di bawah level tertinggi 26 bulan di 110,17 yang dicapai pada Senin. Indeks ini mencapai 114,78 pada Oktober 2022, level tertinggi sejak 2002.
Euro naik 0,39% ke US$1,0286, setelah menyentuh US$1,0177 pada Senin, level terendahnya sejak November 2022.
Sepanjang 2024, euro telah melemah lebih dari 6%, didorong oleh kekhawatiran ancaman tarif dan perbedaan kebijakan moneter antara Fed dan ECB.
Pound Inggris turun 0,07% menjadi US$1,2194 terhadap dolar, dan juga menyentuh level terendah 2,5 bulan terhadap euro di tengah kekhawatiran tentang tantangan fiskal Inggris.
Dolar AS menguat 0,37% terhadap yen menjadi 158,055. Pedagang bersiap untuk pertemuan kebijakan Bank of Japan pekan depan, di mana pasar memperkirakan peluang kenaikan suku bunga sebesar 57%.
Baca Juga: Kurs Rupiah Diprediksi Balik Melemah, Rabu (15/1), Ini Penyebabnya
Di pasar yuan, People's Bank of China (PBOC) terus menjaga stabilitas mata uangnya meskipun ada tekanan depresiasi.
PBOC telah mengumumkan sejumlah langkah baru dalam beberapa hari terakhir untuk mendukung yuan yang melemah.
Pada Selasa, yuan diperdagangkan stabil di 7,3468 per dolar.
Selanjutnya: Bullion Bank, Harapan Baru PT Pegadaian dan BSI Tambah Pundi-Pundi
Menarik Dibaca: Tips Andalkan Aplikasi Navigasi Saat Pergi Traveling
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News