Reporter: Yuliana Hema | Editor: Noverius Laoli
Menurutnya, jika hasil kinerja para emiten masih cukup resilien, khususnya blue chip, investor dapat melakukan akumulasi dengan harga yang saat ini sudah terdiskon.
"Lakukan diversifikasi aset ke free risk, seperti obligasi pemerintah dan emas. Kalau sudah ada posisi di saham khususnya big caps, investor dapat hold dengan memastikan momentum averaging down," tuturnya.
Kalau pun masih mau investasi saham, Audi menyarankan investor menghindari emiten dengan utang dolar AS di atas 50% dari total utang, terlebih emiten dengan DER di atas satu kali.
Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy menambahkan, jika ingin berinvestasi saham investor bisa memilih emiten yang memberikan dividen besar dalam waktu dekat.
Baca Juga: Jurus Edwin Sebayang, Direktur Purwanto AM, Kelola Portofolio Investasi Pribadi
"Gunakan uang yang tidak terpakai minimal satu sampai dua tahun ke depan, sebab saat indeks menjauh dari 6.000, harga saham sudah relatif murah," ujarnya.
Perencana Keuangan Finansia Consulting Eko Endarto menyarankan untuk sementara waktu, sebaiknya jangan investasi ke produk yang terlalu spekulatif dan berisiko tinggi.
"Simpan di cash dan maksimal di emas, walaupun sekarang harga emas sudah turun tetapi pasti investor akan mencari emas sebagai safe havens," jelas dia.
Eko bilang sebaiknya investor fokus di aset yang likuId. Bagi investor yang konservatif dia menyarankan untuk mengalokasikan 60% dana dalam bentuk cash atau deposito dan 40% di emas.
Untuk investor moderat bisa 50%-50% posisi di cash atau deposito dan emas. Sementara itu, investor yang agresif bisa mengalokasikan 40% cash, 40% emas dan sisanya ke saham blue chip.
Baca Juga: Dapen Pertalife: SBN Dominasi Portofolio Investasi Per Januari 2025, dengan Porsi 44%
Founder Finansialku Melvin Mumpuni menambahkan, saat kondisi yang belum jelas saat ini, investor bisa fokus menempatkan dana di kas dan setara kas.
Dia menyarankan, 20%–30% dana investasi bisa ditempatkan di cash dan reksadana pasar uang. Kemudian 40% di obligasi dan sisanya bisa dialokasikan ke aset yang berisiko seperti saham blue chip atau bitcoin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News