kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

ORI Mendominasi Transaksi di Pasar Obligasi


Senin, 10 November 2008 / 08:34 WIB
ORI Mendominasi Transaksi di Pasar Obligasi


Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Pulihnya harga Surat Utang Negara (SUN) menular ke harga obligasi ritel Indonesia (ORI) dan obligasi korporasi (corporate bond). Direktur Fixed Income dan Perdagangan Derivatif Bursa Efek Indonesia (BEI) Guntur Pasaribu menyatakan, "Transaksi obligasi korporasi per hari transaksi kini sebesar Rp 215 miliar." Ia berharap hingga akhir tahun transaksinya akan stabil dan yield obligasi bisa terus menyusut.

Namun, biarpun harga dan transaksinya sedikit pulih, tak semua surat utang ramai ditransaksikan. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), obligasi ritel yang jatuh tempo dalam waktu dekat, seperti ORI001, masih mendominasi transaksi di pasar obligasi.

Kim Eng Securities mencatat, pekan lalu, frekuensi transaksi ORI001 mencapai 14 kali dengan total nilai Rp 89,84 miliar. Per 7 November 2008, harga ORI001 adalah 100,1 sementara imbal hasilnya (yield) 11,91%.

Di peringkat kedua teraktif ada ORI002. Frekuensi transaksinya 10 kali sepekan. Meskipun transaksinya cukup aktif, nilai transaksi ORI002 masih tipis, yaitu hanya Rp 1,27 miliar.

Sementara itu, SUN seri FR0026 menempati urutan ketiga. Frekuensi transaksi obligasi pemerintah bertenor 10 tahun ini delapan kali dengan nilai transaksi Rp 112,88 miliar.

Di pasar obligasi korporasi,  yang paling aktif adalah obligasi  PT Indofood Tbk (INDF) seri 04 keluaran tahun 2007. Nilai transaksi obligasi berperingkat idAA+ ini mencapai Rp 15,11 miliar dengan frekuensi empat kali. Obligasi itu kini memberi imbal hasil 17,72%.

Sedangkan obligasi korporasi lainnya seperti biasa tak terlalu ramai. Misalnya obligasi terbitan PT Bukit Serpong Damai Tbk (BSDE) berseri BSDE02 dengan yield sebesar 13,75%. Obligasi yang harganya 103 itu hanya mencatat dua kali transaksi dengan nilai Rp 4,12 miliar.

Dian Abdul Hakim, analis obligasi Kim Eng Securities, menilai, investor obligasi korporasi memang tengah berfokus pada instrumen yang masuk kategori layak investasi (investment grade). Ia memperkirakan, tren ini akan terus berlangsung hingga sepekan mendatang.

Ia pun memperkirakan, sentimen dari luar negeri bakal mempengaruhi fluktuasi harga obligasi. Pertama, nilai tukar dolar AS yang menguat terhadap mata uang lainnya termasuk rupiah bisa menekan harga obligasi di emerging market. "Penarikan dana dan capital outflow masih akan terjadi meskipun relatif kecil," tukas Budi.

Kedua, antisipasi terhadap pengumuman angka pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. "Jika PDB turun, harga SUN juga ikut tertekan," kata Dian. Tapi, ia melihat hal ini takkan banyak mempengaruhi transaksi ORI001 dan ORI002 karena keduanya sudah mendekati masa jatuh tempo.

ORI dan sukuk terbit lagi

Budi Susanto, analis obligasi Danareksa Sekuritas menyarankan investor yang ingin menanamkan dana dengan risiko yang relatif rendah bisa berinvestasi di ORI. "ORI001 baik harga maupun imbal hasilnya cenderung stabil karena akan jatuh tempo," kata Budi.

Kondisi pasar ORI yang membaik juga membawa angin segar buat pemerintah. Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan Rahmat Waluyanto menyatakan, pemerintah bertekad tetap menerbitkan ORI pada semester kedua 2009.

Sebelumnya, pada semester satu 2009, pemerintah akan menerbitkan obligasi syariah atau sukuk ritel dengan struktur ijarah. "Secara teknis, kemiripan ORI dan sukuk ialah memberi imbal hasil bulanan yang lebih tinggi ketimbang deposito, bisa diperdagangkan, dan dijamin oleh negara. Hanya tenornya yang berbeda," kata Rahmat.

Total, tahun depan pemerintah akan menerbitkan SUN dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk dengan nilai bersih Rp 52 triliun.

Berdasarkan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2009, pemerintah juga menyiapkan rencana lain jika pasar SBN masih krisis. Sebagai ganti penerbitan SBN, pemerintah antara lain akan mencairkan utang bilateral dan utang multilateral.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×