kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

OPEC prediksi permintaan minyak global melesu hingga 2023


Senin, 24 September 2018 / 10:54 WIB
OPEC prediksi permintaan minyak global melesu hingga 2023
ILUSTRASI. Logo OPEC


Reporter: Grace Olivia | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - LONDON. Kenaikan produksi minyak Amerika Serikat (AS) yang stabil diprediksi akan melaju makin cepat dalam lima tahun ke depan. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi alias OPEC juga memprediksi, laju permintaan terhadap organisasi tersebut bakal menurun meski kebutuhan energi makin tinggi di tengah ekspansi ekonomi global.

"Turunnya permintaan terhadap minyak mentah OPEC disebabkan oleh kuatnya pasokan minyak dari negara-negara non-OPEC sepanjang periode 2017-2023, terutama pasokan minyak dari AS," terang OPEC dalam proyeksi prospek minyak dunia jangka panjangnya, seperti dikutip Reuters, Senin (24/9).

OPEC menambahkan, AS masih menjadi sumber pasokan terbesar dalam jangka menengah hingga jangka panjang ini. AS berkontribusi atas 2/3 pasokan tambahan yang didorong oleh tingkat produksi minyak yang melonjak.

Seperti yang diketahui, AS telah mendorong produksi minyaknya ke tingkat rekor 11 juta barel per hari dalam beberapa tahun terahir seiring dengan adanya teknologi baru yang merevolusi produksi minyak shale dan membuka cadangan yang sebelumnya dianggap tidak ekonomis.

Selain itu, AS juga menjatuhkan sanksi terhadap anggota OPEC yakni Venezuela dan Iran sehingga mendorong harga minyak Brent mendekati level tertinggi sejak 2014 sekitar US$ 80 per barel, serta memacu produsen AS untuk meningkatkan produksi.

OPEC telah merevisi prospek pertumbuhan produksi minyak mentah dan cairan non-OPEC pada 2023 menjadi 4 juta barel per hari (bph) lebih tinggi dari laporan tahun lalu.

Dikatakan non-OPEC akan menghasilkan 66,1 juta bph minyak mentah dan bahan bakar cair pada 2023, naik dari 57,5 juta bph pada 2017.

Sementara, AS diproyeksi akan meningkatkan produksi minyak menjadi 13,4 juta bph pada 2023, dari 7,4 juta bph pada 2017 sehingga total output AS mencapai 20 juta bph, tambah OPEC.

Hal itu akan membuat AS, setelah menjadi importir minyak mentah terbesar, nantinya juga akan mampu memenuhi kebutuhan minyaknya sendiri.

Sebagai akibat dari perubahan tersebut, permintaan minyak mentah OPEC diprediksi akan menurun menjadi 31,6 juta bph pada tahun 2023, dari 32,6 juta bph pada tahun 2017. Padahal dalam laporannya di tahun 2017, OPEC mengharapkan permintaan minyak mentah menjadi sekitar 33 juta bph pada pertengahan tahun 2020-an.

Kendati demikian, OPEC masih meyakini permintaan minyak global akan mulai pulih dan terus naik hingga mencapai 40 juta bph pada 2040 mendatang. Apalagi, OPEC melihat konsumsi minyak global hingga 2020 akan mencapai 101,9 juta bph, atau naik 1,2 juta bph dari perkiraan dalam laporan tahun lalu.

Adapun, permintaan minyak global dalam jangka yang lebih panjang lagi diperkirakan akan meningkat 14,5 juta bph hingga menyentuh 111,7 juta bph pada 2040, sedikit lebih tinggi dari perkiraan tahun lalu.

Dalam jangka panjang, OPEC masih berharap untuk mempertahankan keseimbangan antara pangsa pasar dan pasokan minyak global, terutama dalam kondisi cadangan yang berlimpah dan murah untuk diekstrak.

“Pangsa pasar minyak mentah OPEC secara global diperkirakan meningkat dari 34% pada 2017 menjadi 36% pada 2040, ” ungkap OPEC.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×