Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Organization of the Petreoleum Exporting Countries (OPEC) berpengaruh besar terhadap pergerakan harga minyak mentah west texas intermediate (WTI) di tahun 2017. Keputusan organisasi negara pengekspor minyak dan sekutunya untuk memangkas produksi sekitar 1,8 juta barel per hari di pengujung tahun 2016 ternyata berhasil menguatkan harga hingga 5,69% dalam setahun.
Mengutip Bloomberg Jumat (29/12) pukul 18.30 WIB harga minyak WTI kontrak pengiriman Februari 2018 tercatat menguat 0,50% ke level US$ 60,14 per barel.
“Di tahun ini minyak sempat mendapat tekanan dari penguatan dollar AS dan tingginya pasokan dari Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara penghasil yang tengah mendapat pengecualian program pemangkasan,” kata Faisyal, analis PT Monex Investindo Futures.
Penguatan harga semakin terasa ketika program pemangkasan akhirnya diperpanjang hingga akhir tahun 2018 nanti. Di lain pihak, penguatan harga itu juga dimanfaatkan oleh AS untuk terus menggenjot produksi.
Kini produksi minyak negeri Paman Sam telah mendekati produksi dua negara produsen terbesar Arab Saudi dan Rusia pada kisaran 10 juta barel per hari. “Produksi AS sempat turun ketika terjadi serangan badai, tapi setelah itu pulih lagi,” imbuh Faisyal.
Menurut Faisyal, penguatan harga minyak ini bisa bertahan sampai kuartal I 2018. Setelah itu nasib minyak akan ditentukan oleh keputusan Rusia yang akan mengkaji efektivitas program pemangkasan produksi OPEC.
Kalau Rusia justru menilai pemangkasan produksi yang dilakukannya sia-sia, ada kemungkinan negara penghasil minyak kedua terbesar itu akan menghentikan program pemangkasan dan harga akan kembali berada di bawah tekanan. Di tahun 2018 kemungkinan rentang pergerakan harga minyak di kisaran US$ 50–US$ 70 per barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News