kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

OJK optimistis tren pertumbuhan pasar modal berlanjut di 2022, ini alasannya


Sabtu, 30 Oktober 2021 / 08:00 WIB
OJK optimistis tren pertumbuhan pasar modal berlanjut di 2022, ini alasannya


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski pasar saham dalam negeri sedang ada pada tren menguat, pelaku pasar masih mewaspadai dampak tapering off  pada akhir tahun. 

Direktur Pengaturan Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Edi Broto Suwarno optimistis bahwa tren pertumbuhan pasar modal nasional masih akan berlanjut hingga 2022.

Salah satu alasannya adalah meningkatnya korporasi atau UMKM yang memanfaatkan pasar modal sebagai sumber pembiayaan usaha. Pada sektor pasar modal sendiri, kami melihat tren penguatan IHSG, ini diperkirakan akan terus berlanjut.

"Sementara, pemanfaatan pasar modal sebagai sumber pendanaan akan terus meningkat. Hal ini dipicu oleh kebutuhan korporasi maupun UMKM terhadap sumber-sumber pembiayaan di pasar modal,” jelas Edi dalam secara virtual, Jumat (29/10).

Kemudian, pasar modal Indonesia pada tahun depan juga akan diramaikan dengan melantainya perusahaan-perusahaan unicorn yang bergerak di bidang teknologi. 
Antusiasme masyarakat pada perusahaan teknologi bisa dilihat dari penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) Bukalapak pada Agustus lalu.

Baca Juga: Meski belum signifikan, bank ikut kebagian berkah laba anak perusahaan

Asal tahu saja, entitas hasil konsolidasi antara Gojek dan Tokopedia, Go To juga berencana akan melakukan IPO di 2022. 
“Antusiasime ini tentunya akan berdampak positif pada pasar modal tahun depan,” ujarnya.

Meskipun demikian, Edi juga mengingatkan agar setiap investor memperhatikan tantangan global di 2022 mendatang. Adapun tantangan-tantangan tersebut adalah pemulihan ekonomi global maupun domestik yang diliputi ketidakpastian dan potensi terjadinya gelombang ketiga varian Covid-19.

Selain itu, masih ada risiko kejadian global yang tidak terduga seperti krisis energi maupun kasus Evergrande yang memperlambat perekonomian China, serta normalisasi kebijakan moneter atau tapering off Bank Sentral AS, The Fed yang kemungkinan akan dimulai pada 2021.

Sementara itu, Kepala Divisi Riset dan Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Verdi Ikhwan menyebut, analis memproyeksikan IHSG bisa tembus ke level 7.000. Ia mengungkapkan, bahwa IHSG sempat tembus ke level 6.643 pada 21 Oktober 2021. Level ini, kata dia, sedikit lagi akan mencapai rekor sepanjang sejarah pasar modal Indonesia yaitu di level 6.689 yang dicapai pada Februari 2018 silam.

"Jadi mudah-mudahan melihat kondisi sekarang, kita, ada analis bilang IHSG bisa tembus sampai 7.000. Tahun 2021 tampaknya menjadi tahun dimana perusahaan-perusahaan semakin tertarik untuk melakukan penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO)," paparnya.

Bursa Efek Indonesia mencatat sudah ada 38 perusahaan baru yang melantai di bursa saham hingga September 2021 dan masih ada beberapa perusahaan yang menargetkan IPO hingga akhir tahun 2021. 




TERBARU

[X]
×