Reporter: Olfi Fitri Hasanah | Editor: Yudho Winarto
Selanjutnya, pasar menanti perbaikan rating Indonesia menjadi layak investasi (investment grade)oleh Standards and Poor's (S&P). Diharapkan terealisasi dalam waktu dekat agar pasar kembali optimal, imbuh dia.
Roby berpendapat, dominasi investor lokal di pasar sukuk menjadi keuntungan tersendiri, sehingga tidak begitu kena dampak sentimen eksternal. Lain halnya dengan pasar obligasi konvensional yang dihuni lebih banyak investor asing. Wajar, jika kinerja obligasi syariah bisa lebih baik dibandingkan dengan performa ICBI.
Fundamental domestik yang cukup perkasa juga menyokong kestabilan pasar obligasi syariah. Ambil contoh, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai level 5,01% year on year (yoy) selama kuartal I 2017 lalu.
Selain itu, neraca perdagangan negara kita dalam tren surplus. Neraca dagang mengalami surplus hingga US$ 3,93 miliar di triwulan pertama tahun ini. Nilai tersebut lebih dari dua kali lipat surplus pada periode yang sama tahun lalu US$ 1,66 miliar.
Sentimen positif domestik lainnya adalah cadangan devisa yang juga dalam tren kenaikan. Maklum, aliran dana asing yang masuk ke pasar modal masih berlanjut. Pilkada DKI Jakarta pada 19 April lalu juga kondusif, sehingga kondisi dalam negeri masih anteng, ucap Ezra.
Hanya, Ezra mengingatkan, potensi kenaikan inflasi menjelang bulan Ramadhan. Namun, ia optimistis, kenaikannya tidak melampaui kisaran target pemerintah. Alhasil, tidak memberikan efek yang signifikan ke pasar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News