kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Nilai tukar rupiah masih bayangi laju IHSG


Minggu, 15 Juli 2018 / 14:05 WIB
Nilai tukar rupiah masih bayangi laju IHSG
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Dian Sari Pertiwi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pekan depan, Bank Indonesia (BI) kembali menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG). Maklum, posisi rupiah masih rentan berada di Rp 14.373 per dollar Amerika Seriakt (AS). Terlebih, The Fed punya rencana menaikkan kembali tingkat suku bunga Fed Fund Rate (FFR) dua kali lagi.

Laju IHSG yang masih dibayangi pergerakan nilai tukar pun berharap banyak pada rapat RDG kali ini. Sebab, pasar menantikan pergerakan rupiah yang lebih stabil. Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee memprediksi, dalam RDG kali ini BI akan menaikkan tingkat suku bunga acuan sebanyak 25 bps untuk stabilisasi nilai tukar rupiah.

“Mungkin, Bank Sentral akan coba untuk menekan nilai tukar rupiah ini kembali ke level Rp 13.900 atau Rp 13.800-an per dollar AS,” kata Hans, akhir pekan.

Meski tingkat suku bunga diprediksi kembali naik, pasar akan merespon positif. Sebab, kebijakan kenaikan suku bunga kali ini demi menekan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.

Dalam perhitungan Hans, pekan depan IHSG akan melaju hingga level 6.000. Namun, setelah itu pasar berpotensi mengalami koreksi cukup dalam hingga level support-nya di 5.400.

Kecuali, jika laporan kinerja keuangan emiten yang akan keluar di pertengahan hingga akhir Juli ini sesuai dengan ekspektasi pasar. “Nah, laba korporasi ini akan jadi estafet bagi kenaikan indeks,” ujar Hans.

Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali berpendapat, kenaikan suku bunga 50 bps beberapa waktu merupakan kebijakan agresif. “Kali ini mungkin lebih soft, tidak terlalu buru-buru untuk menaikkan (suku bunga),” kata Frederik.

Menurutnya, saat ini BI belum punya kepentingan mendesak untuk kembali menaikkan tingkat suku bunga acuan 7DRRR. Meski begitu, dia menyebut volatilitas nilai tukar mempengaruhi kinerja perusahaan, khususnya di sektor farmasi dan produk untuk program infrastruktur pemerintah. “Kalau nilai tukar naik, otomatis pembangunan juga ikut terhambat,” kata Frederik.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×